Mungkinkah

Mungkinkah
©Balairungpress

Hujan baru saja usai tumpahkan cintanya
Jadikan senjaku makin memesona
Lukisan tujuh warna di lengkung cakrawala menambah indahnya suasana
Momen ini selalu menyimpan misteri
Terkadang terlena

Terkadang tak berdaya
Pada jingganya yang merona
Pada merdunya nyanyian pipit beranjak pulang pada deburan ombak yang menghempas karang
Pada caranya yang tenang mengakhiri kisah tuk memetik kenangan indah
Namun rinduku tak cukup memadai untuk kembali ke dalam teduhnya

Kertas Putih dan Tinta Hitam

Putih,
Hari ini kugoreskan tinta hitam
Di atas lembaran-lembaran sucimu
Akan kusematkan cerita hidup ini
Di pundak pada garis-garis lurusmu

Agar ceritaku tetap abadi dikenang masa
Sampai alam dunia tiada
Ku ingin jadikanmu saksi bisu dalam sejarah panjang hidup ini
Ku ingin kau bicara pada dunia
Sekarang, esok dan lusa

Bahwa aku pernah ada
Bahwa aku pernah mengukir cerita
Dalam dunia fana sirna ini
Wahai kertas putih
Mulai saat ini akan kutelaah huruf-huruf itu satu demi satu

Kan kurajut kata-kata itu satu demi satu
Akan kusulam kalimat-kalimat itu satu demi satu
Agar mereka saling menyatu
Bercerita dalam setiap tajuk
Beirama dalam setiap tema

Mengukir sejarah cerita keabadianku
Dalam setiap paragraf-paragraf indahnya
Wahai kertas putih
Di atas lembaran-lembaran sucimu
Pada pundak garis-garis lurusmu
Bersama coretan tinta hitam ini abadikan setiap senyummu

Penaku Menulis

Penaku menulis
Ketika hati menangis
Menceritakan seribu kisah
Yang tak akan terlupa sampai ku menutup mata

Penaku menulis
Seribu syair pedihku
Menceritakan kisahku
Yang tak akan terhapus oleh waktu

Kutuliskan seribu kisah
Dari bahagia hingga derita
Bercerita tentang kisah cinta
Bercerita tentang indah dunia

Bercerita tentang perjuangan
Bersajak puisi kerinduan
Dari setiap sajak kata-kata
Kutitipkan sejuta tawa

Untuk dia yang aku cinta
Apa yang telah aku punya
Pasti akan sirna binasa
Begitu banyak kisah cerita
Yang tak habis sampai ku menutup mata

Cerita Aku

Aku bukan seorang pujangga
Yang pandai merangkai kata
Aku hanya manusia biasa
Yang menulis cerita cinta

Tentang aku dan masa lalu
Yang selalu membunuh rasaku
Yang selalu menjadi imajinasiku
Dia pernah singgah di hatiku

Mengisi ruang kosong di lubuk jiwaku
Tentang dia yang memberi warna
Untuk dia yang telah sirna

Belum Usai, Baru Saja Dimulai

Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak; pernah kutemui di saat aku bekerja

Bola mata yang terhempas keluar melewati tirai jendela

Membayangkan tulang belulang brontosaurus yang lama punah ketika masa tak terhingga, mampu menggerakkan semua mesin kendaraan hanya dengan memakan daun selada

Pelukan letih jemari yang menggenggam erat alat tulis berwarna biru
Menyalin kata-kata dasar dengan asesoris beragam awalan, sisipan dan akhiran baku bukan bahasa ibu
Menjadi kalimat-kalimat panjang berbentuk paragraf bisu
Dan,

Wajahmu yang menatapku seusai jeda
Tak ada sajian senyummu seperti kemarin
Tak ada kisahmu tentang rebutan jajanan kantin
Pun, tak ada tawa ceriamu menyambut rencana hari esok

Lalik Kongkar
Latest posts by Lalik Kongkar (see all)