
Nalar Warga – Capek banget negara ini keras dan jahat banget kepada perempuan. Ada ibu dibawa ke pengadilan karena marah suaminya mabok; ada mahasiswa dicoret dari yudisium karena buka suara tentang pelecehan seksual; ada anak bundir karena diperkosa; ada anak balita diperkosa keluarganya sendiri; sdkjfk.
Dunia memang pada dasarnya kejam. Tapi kayaknya aturan negara dan budaya kayaknya membuat beban yang ditanggung perempuan di Indonesia berlipat-lipat lebih berat. Banyak korban yang enggak dapat keadilan sama sekali dan akhirnya pasrah.
Hampir tiap hari baca berita tentang perempuan yang dianiaya atau dizalimi. Dan setelahnya, bukannya dapat bantuan yang layak, tapi malah makin dijahatin sama yang seharusnya ada buat dia.
Gimana mau lapor tentang kekerasan seksual kalau sebagian besar kekerasannya enggak dianggap sebagai tindak kejahatan? Mau lapor pun malah ditanya “siap berapa?”. Mengungkapkan kejahatan yang terjadi di kerjaan atau kuliah berujung diteror dan diganggu sampai diam.
Habis nabrak mobil dalam keadaan enggak sepenuhnya sober dan bikin anak orang lumpuh, pelakunya lepas tanggung jawab dan bersenang-senang sedangkan korbannya terpaksa belajar jalan dari nol. Baru sekarang banget mulai diproses oleh hukum.
Ada istri yang dipukuli dan mengalami KDRT oleh suaminya. Pas dia enggak dapat bantuan dan buka suara di media sosial karena enggak ada pilihan lain, malah dilapor pencemaran nama baik oleh suaminya.
Sudah jahat, terus makin jahat berkat bantuan hukum dan budaya. Ini kasus-kasus baru-baru saja sudah banyak, dan kemarin-kemarin lebih banyak lagi.
Kalau ada informasi tentang bantuan psikiater/terapis, rumah aman, dan/atau yang lain, boleh ditambahkan ke sini: Community Resources.
Baca juga:
- Pencegahan Kekerasan Seksual, Perundungan, dan Intoleransi di SMA
- Di Kasus Novia, Polisi Diharap Tak Menindak Randy karena Tekanan Massa
- Mungkinkah Gerindra Akan Menggeser Posisi PDIP? - 29 September 2023
- Murid Budiman - 1 September 2023
- Budiman Sudjatmiko, Dia Pasti Adalah Siapa-Siapa - 30 Agustus 2023