
Nilai dakwah akan sirna, ditolak oleh mereka yang didakwahi, jika niat baik hanya dilakukan dengan cara yang tidak baik. Hasilnya? tentu kosong tak berisi.
Nalar Warga – Kata orang, “Kapitalisme era radikalisme: Jika agama berselingkuh dengan kapitalisme, maka cara promosi sebuah produk bisa menjadi sangat kejam, tak punya hati.”
Di era ketidakjelasan saat ini, saya meng-iya-kan jika ada seseorang ingin terkenal dan produknya laku keras, maka bungkuslah ia dengan agama. Kebodohan pun jadi tidak tampak jika ada agama meng-cover-inya.
Lihat saja brosur produk ini, konsumen terus dirayu untuk membeli produk dengan ‘ancaman’ kitab suci, ancaman tidak Islami, ancaman neraka jika tidak membeli produk semacamnya. Sangat menyedihkan. Sangat memprihatinkan. Sangat disayangkan.
Kedewasaan dalam beragama di negara ini masih sangat perlu dipupuk kembali. Merasa paling religius dibanding yang lain, akan menjadikan benih-benih radikal terus bermunculan. Akhirnya, surga-neraka terus dikapling-kapling oleh mereka. Serasa kekuasaan mutlak dan keadilan Tuhan tidak ada gunanya.
Mari kita mendakwahkan Islam dengan lebih santun. Jangan mendakwahkan keagungan Islam dengan cara memperolok orang atau umat lain. Sehingga, mimpi “dakwah bil hikmah” di negeri ini hanya sekadar simbol tak ada guna.
Nilai dakwah pun sirna, ditolak oleh mereka yang didakwahi. Karena niat baik dengan cara tidak baik, hasilnya tentu kosong tak berisi.
Menjadi ‘smart muslim’ di era ‘smart phone’ sangatlah diperlukan.
___________________
Artikel Terkait:
- Degil Tuntutan 12 Tahun Penjara Bharada Richard Eliezer - 29 Januari 2023
- Manusia - 25 Januari 2023
- Adu Pintar Fadli Zon - 10 September 2022