
Suatu malam teduh
Bibirmu yang manis titipkan nada ‘cinta karena cinta’
Melodinya sampai jauh di jiwa
Dadaku bergetar rinduku bergelora…
Nyanyimu buat aku galau dan kangen
Bisik-Bisik Gerimis
Bisik-bisik gerimis rinai nostalgia
Mencumbui daun padang rumput
Aku dingin di beranda
Bercerita dengan cangkir kopi
Sambil dengar syair-syair musim
Bisik-bisik gerimis
Aku ingat tubuhmu yang basah dan dingin
Tiba-Tiba Saja Aku Ingat Kamu
Tiba-tiba saja aku ingat kamu
Saat pagi yang kudus menghadirkan kebaikanmu.
Aku tahu engkau pantas diingat
Sebab kita punya cita-cita yang sama:
Saling mencintai….
Lukisan yang Dikubur, Bukan Aku
Sebelum kematiannya, ia memberikan tubuhnya untuk dilukis. Pernah ia mengirim pesan, “Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan.” (Mazmur 166:3)
Aku melukisnya dengan gelisah. Ia sedang di ambang waktu terakhir hidupnya. Namun demikian aku mengalami tubuh (experiencing if the body) dalam proses kreatif melukis. Lukisan rampung. Aku mengunjunginya di rumah sakit untuk beri lukisan itu.
“Ina, ini lukisanmu.”
Dia menerima dengan senyum gembira.
“Aku tak mau pergi, Ama,” katanya dengan lantang. “Biarkan lukisan itu yang dikubur, bukan aku. Aku ingin hidup lebih lama bersamamu.”
Di hadapan pelukis, tubuh perempuan menjadi pemandangan umum (scena) atau sebuah objek privat (obscena)?
Perpisahan
Perpisahan adalah cinta
Yang berhasil tinggal dan pergi
Keduanya sama-sama menyakitkan
Sama menyembuhkan
Demikian mencintai
Memeluk dan merelakan pergi
Lirik-Lirik Bayu
Rambutmu yang tergerai
Bagai ilalang padang
Menyejukkan dadaku
Kekasih,
Rambutmu lirik-lirik bayu
Menggugurkan gairah
Menumbuhkan rasa kagum
Dari Jauh Sekali
Dari jauh sekali
Kau lambaikan rindu
Embus bayu membawa datang
Fajar senja dan cuplikan mawar
Dari jauh sekali
Ciuman itu datang, dan
Mengapa selalu menggetarkan?
“Ciuman adalah gelora paling dalam dari kehidupan.”
Dari jauh sekali
Cinta itu datang
Dari jauh sekali
Semua ini ada
Cangkir Asmara
Malam minggu
Saling bertemu untuk mengeja kenangan
Dan merapal cium sekadar memoles bibir
Dengan ritmis gerimis agar bergetar alir darah
Ciuman di malam yang manis
Adalah cangkir asmara
Yang tak pernah kering.
Haus akan cinta adalah kekal
- Stadion Kanjuruhan, Colesseum-nya Indonesia - 10 Oktober 2022
- Ulang Tahun Seorang Perempuan - 4 Oktober 2022
- Kesetaraan Keakraban - 2 Oktober 2022