/1/
Sepanjang malam, ada resah berjingkrak di ibu kota
Kematian makin hilang tenggelam
Lelap dengan penyakit yang selau kambuh
Semoga saja ibu kota cepat-cepat diberi obat kandungan agar mampu melahirkan pernak-pernik hidup
Wisma Arnoldus, 2019
/2/
Tuhan, semoga keributan di luar sana tak jadi gaduh bagiku
Izinkan aku terlelap dalam jaga yang panjang
Bila perlu “mati” untuk kembali menjadi bayi tanpa asi untuk memeluk ibu kembali
2019
Sebuah (ke)-Diam-(an)
Segala kembang mengembang-kempis
Segala yang lalu punah berserakan
Sampai di mana cerita kita tadi?
Aku lupa.
Segala yang lupa adalah kesangsian, mungkin tersesat
Beri jalan pulang untuk kakiku kembali ke istana-mu
Ibu pertiwi….
September 2019
Suatu waktu, rumahku itu jadi penjara
Lama-lamanya, serasa syahdu dengan kepulan kediaman,
Seberapa banyak pun daun-daun yang gugur hening
turut jadi huruf-huruf yang dipikul jadi beban serupa diam yang jadi hidangan malam-malam(an)
Suatu waktu penjara itu jadi hunian terapi yang paling nikmat
Sambil tertidur, jaga diam-diam berbisik mengalir dan semuanya jadi kata
“aku mencintai diam yang ribut diseduh bibir-bibir kering”
Selamat malam
Anonimkan saja_ruang kopi, 2019
- Panggung Mati - 22 April 2020
- Wilhelmina - 23 Januari 2020
- Per Mariam Ad Jesum - 17 Desember 2019