
Gadis yang hadir bersama senja. Kala menatapmu kekaguman akan dirimu bermekaran di rongga jiwaku. Engkau terlihat lebih menawan dari saat-saat raja terang merekah. Membias pada bukit-bukit tak bernada. Tempat air matamu mengalir pada rindu paling keramat. Aku merasa manja kala menatap lentik bulu matamu lihai membentangkan sayap-sayap rindu. Lalu membias pada harap temu. Aroma mawar cintamu menyusup pada rintihan semburat jingga terpana di cakrawala. Diam-diam baringkan tubuh mungil pada tirai tanpa kata.
Di pojok pantai selatan berkisah tentang dua insan. Terpatri di bawah lembayung senja menanti riuh ombak menjelma hening. Tanpa sepata kata.
Namun Buih ombak terus menderu beringasnya. Tampak anak-anak nelayan bertelanjang dada berlari-lari kecil menyambut kepulangan ayahnya di bibir pantai.
Sedang engkau masih berdiam pada tirai kian kusut tak peduli apa pun itu. Kali ini tatapan matamu merayu menjamah mataku yang sayup pada temaram senja kian pudar.
Olivia …
Riuh ombak yang kita nantikan hening tak kunjung hening. Perlahan tanpa aku sadari bayanganmu kian lenyap. Kala remah-remah malam terlihat lihai melumat bintik senja.
Ruang kuliah, 11 September 2020
Bunga Bakung teruntuk Pejuang Sejati
Gadis bergaun putih bermahkota pelangi berjalan bertatih-tatih. Berirama hentakkan kaki para bandit. Satu kali dua kali tiga kali meringkik setiap embun beku mengecup bibir pasrah.
Tampak di tangan kirinya menggenggam erat bingkisan rasa. Kini menjelma celotehan aksara-aksara romantik dambaan pujangga pada semilir angin berembus basah.
Sedang di tangan kanannya tampak kumpulan carik-carik rindu yang ditulis pada malam-malam syahdu. Saat bulan purnama mencumbui langkah rapuh anak-anak desa di pematang sawah bekas perkara.
Gadis bergaun putih bermahkota pelangi melebarkan senyum beraroma melati. Senyumnya tulus bermandikan rinai hujan bulan Juni. Dalam penuh kegamangan menyaksikan hiruk pikuk anak negeri merintih perih. Diam-diam dipetiknyalah bunga bakung di pekarangan istana dewa Athena. Lalu dipersembahkan khusus bagi sahabat pejuang sejati.
Meja belajar, 21 September 2020
Buah Aksara Penyair Tua
Hasratku gemulai oleh buah aksaramu
Yang tumpah pada carik-carik kusam
Bidikan sulut geloranya
Membuncah jiwaku
Aromanya megah dilahap rakus
Oleh candu yang menjelma demam aksara
Lagi-lagi buah aksaramu
Membombardir darah panas anak-anak desa
Mengalir diantara celah mimpi
Yang di ujung langit
Harapan ditaruhnya
Akankah kelak aksaraku mengguncang urat nadi cucuku
Anak desa itu bergumam
Meja belajar, 5/11/20
Untukmu November
Kita pernah berjumpa bukan?
Saat mana rindu berlabuh
senyummu mengisahkan kenangan
di palung kasih
Kata-katamu merasuk kalbuku
Bulan sabit di pucuk awan ikut menari
Angin pun berembus aduhai
November kita bersua lagi
Meski kenangan tak seperti lagu kemarin
Nita, 1/11/2020
- Jalan Tak Bertujuan - 17 Agustus 2021
- Ada Rindu untuk Nona Adila - 17 April 2021
- Olivia - 8 Januari 2021