ORMAWA Kampus dan Pelacuran Intelektual yang Kurang Ajar

ORMAWA Kampus dan Pelacuran Intelektual yang Kurang Ajar
©Ist

Mereka berusaha memenangkan jabatan politik ORMAWA untuk mendapatkan kucuran dana, dan minim acara. Mereka asing di mata mahasiswa, mereka asing di masyarakat bawah.

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan broadcast message dari seseorang di media WhatsApp. Isi dari pesan tersebut berupa curhatan dari seorang kader organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang ada di UIN Sunan Kalijaga.

Tak hanya itu, pesan tersebut juga menyertakan gambar panflet yang berisi akan adanya seminar politik “Generasi Milenial di Pemilu 2019”, yang narasumbernya berasal dari 8 partai politik, antara lain Demokrat, PPP, PKB, PDIP, NASDEM, PSI, Berkarya, dan Perindo.

Fantastis! Delapan partai sekaligus mendukung dan mengisi Seminar Politik yang DEMA Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga selenggarakan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebuah organisasi mahasiswa melacurkan diri pada partai politik. Tentu saja erat kaitannya dengan finansial dan sikap pragmatis-praktis pergerakan mahasiswa yang terlibat dalam seminar tersebut.

Saya tahu bahwa mereka harus sakit hati. Sakit hati karena uang ternyata tidak mampu mengobati martabat organisasi mereka yang lengket seperti kuning telur, tentu setelah organisasi mereka terinjak-injak oleh penguasa, partai politik.

Dalam sejarah, gerakan mahasiswa merupakan tombak utama untuk mengontrol kinerja pemerintah. Gerakan mahasiswa merupakan ladang idealisme yang berhaluan kiri, yang berpihak sepenuhnya kepada rakyat, kepada orang-orang pinggiran.

Lalu, di mana kebanggaan identitas intelektual itu kini? Ketika gerakan mereka hanya mengambil momentum, mengambil kesempatan untuk menaikkan nama di mata publik, bahkan partai, tapi asing di kalangan rakyat bawah.

Oh ya, saya lupa. Mereka adalah generasi milenial yang butuh uang untuk membeli beberapa GB data agar bisa menjalankan HP android. Untuk mengirim pesan, entah sekadar ngajak kumpul dan makan makan, atau jalan-jalan bersama pacar. Mirip burung-burung yang kita beri makan di dalam sangkar. Adem!

Konsistensi gerakan mahasiswa saat ini tidak bisa kita banggakan lagi. Di wilayah kampus, mereka berusaha memenangkan jabatan politik ORMAWA untuk mendapatkan kucuran dana, dan minim acara. Mereka asing di mata mahasiswa, mereka asing di masyarakat bawah.

Baca juga:

Yang mereka pedulikan hanyalah karier jabatan tanpa kerja. Kerja mereka hanya kumpul makan dan puas tertawa. Karena mereka berhasil mengelabui para mahasiswa dengan cara politik yang curang!

Kali ini, mereka kembali melacurkan diri dengan menggelar acara partai politik. Wilayah yang seharusnya menjadi musuh mereka, negasi mereka, hujatan mereka. Tapi rupanya mereka lebih nyaman bersekongkol biar dompet mereka tidak kosong. Dan tentu saja, idealisme mereka mirip anak kecil yang sedang ngompol!

Ali Munir S