Nalar Politik – Siapa yang tak kenal Umar Patek, seorang teroris yang pernah jadi buron paling dicari oleh pemerintah Amerika Serikat, Australia, Filipina, juga Indonesia? Siapa yang tak mengenalnya, sang ahli bom dan racun paling mematikan?
Ya, dialah manusia 1 juta dolar yang kini menjadi narapidana teroris. Sekembalinya dia ke Indonesia setelah diekstradisi dari Pakistan ke Indonesia dan dijatuhi hukum 20 tahun penjara karena pembunuhan dan pembuatan bom, pada akhirnya dia sadar. Dia sadar bahwa ternyata Indonesia adalah rumahnya, negeri yang ternyata sangat patut untuk ia jaga dan hargai sebagai warga negara.
Hal tersebut ia rasakan setelah dirinya sudah tiga kali menjadi pengibar Merah Putih di momentum perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI). Ini sekaligus menjadi contoh deradikalisasi kelompok teroris di Indonesia.
Meski sering mendapat ancaman karena dianggap penghianat oleh mantan kelompoknya, Jemaah Islamiyah (kelompok teroris), Umar tetap ingin mengibarkan bendera Merah Putih sebagai wujud kebanggaan dan kecintaannya terhadap NKRI.
“Ketika saya memasang pin Garuda Pancasila di kopiah saya, itu yang akan saya pakai untuk ke upacara pengibaran bendera, saya merasakan bahwa simbol Pancasila atau pin Pancasila ini bukan berhala yang harus kita sembah sebagaimana anggapan manusia menganggap menyembah batu atau simbol-simbol apa. Ini adalah lambang negara yang mana harus kita hormati dan kita jaga,” ujar Umar yang bernama asli Hisyam bin Ali Zein ini melalui sebuah video blog yang dirilis CNN Indonesia, Jumat (18/8/2017).
Ia juga menegaskan bahwa dirinya kini lebih suka dipanggil dengan nama pemberian orangtuanya, yakni Hisyam. Menurutnya, dengan kembali memakai nama itu, maka terasa bahwa dirinya kembali menjadi seorang Indonesia tulen.
“Aku Hisyam, dilahirkan oleh orangtua dengan nama Hisyam dan tertulis di akta kelahiran dengan nama Hisyam. Namun, belakangan ini masyarakat memanggil aku Umar Patek. Namun, aku ingin tetap kembali menjadi tetap seorang Hisyam, seorang Indonesia,” tandasnya.
Kembali ke Pangkuan Ibu
Diketahui, pada tahun 2015 lalu, Umar menyatakan diri kembali ke NKRI dan Pancasila. Dirinya sudah tiga menjadi pengibar bendera di HUT Kemerdekaan. Bahkan, ia membeli sendiri pakaian sampai sepati yang dikenakan untuk upacara.
Selama bertugas, ia terpaksa harus menahan sakit karena kaki kanannya ditanam pen logam setelah ditembak pada 2011 lalu. Ia terus berusaha untuk tidak terlihat pincang di saat menjadi pengibar bendera.
Sebagai pengibar bendera Merah Putih, Hisyam alias Umar Patek ini menyimpan perasaan haru tersendiri. Bahwa tugas tersebut membuatnya sadar untuk tetap bangga menjadi bagian dari Republik Indonesia.
“Kesan yang saya rasakan sekarang ini lebih terasa lagi, lebih mendalam lagi, dan lebih menjiwai lagi. Apalagi, terutama ketika bendera itu dibentangkan dan kemudian dikibarkan. Di situ, buat aku terasa perasaan itu adalah bagaimana aku yang dulunya menentang atau pun berada di jalan teror ini bahwa sekarang harus merawat negeri kita ini,” pungkasnya.
___________________
Artikel Terkait:
- Figur Presiden Lebih Kuat daripada Partai Politik - 8 September 2023
- Rakyat Indonesia Menolak MPR Jadi Lembaga Tertinggi Negara - 27 Agustus 2023
- Tren Dukungan Bakal Calon Presiden 2024 - 25 Agustus 2023