Partner Organisatoris

Partner Organisatoris
©Virginia Asian Chamber of Commerce

Selain ada yang memotori untuk jalannya roda organisasi, pasti ada partner organisatoris yang selalu siap siaga membantu sang penggerak.

Dalam sebuah organisasi, pasti ada yang menjadi penggerak untuk jalannya organisasi. Ibarat angkotan, selain harus ada supir yang menyetir angkot tersebut, harus ada kernet yang membantu sopir menarik penumpangnya.

Begitu juga dengan organisasi. Selain ada yang memotori untuk jalannya roda organisasi, pasti ada partner organisatoris yang selalu siap siaga membantu sang penggerak.

Walaupun dalam organisasi terdapat anggota lebih dari satu, namun biasanya seorang organisatoris akan memilih salah satu anggota dari sekian banyak anggota untuk dijadikan partnernya.

Partner organisatoris bisa saja dari teman dekatnya di organisasi atau orang yang baru masuk organisasi. Bahkan bisa saja yang menjadi partner adalah orang yang dicintai dalam hidupnya. Pada dasarnya, partner mau untuk diajak bekerja sama menjalankan tugasnya diorganisasi.

Biasanya seorang partner akan selalu stand by mendampingi untuk ikut andil dalam menyukseskan semua kegiatan yang ada di organisasi.

Partner organisatoris punya peran penting dalam berorganisasi, seperti menjadi teman diskusi, teman curhat, merumuskan suatu konsep kegiatan. Intinya, memberikan kontribusi terhadap orang yang menjadi partnernya.

Lalu apakah seorang partner bisa selalu untuk diajak kerja sama?

Jawabannya adalah tidak. Ini bukanlah jawaban yang terburu-buru, melainkan sudah melewati beberapa pengalaman berproses di organisasi.

Baca juga:

Seiring berjalanannya waktu, tidak semua partner berjalan sesuai dengan tupoksi. Dengan pelbagai benturan dalam organisasi, terkadang partner menjadi kendor dalam mendampingi. Hal ini bisa saja disebabkan karena partner belum mampu menerima berbagai konflik.

Yang lebih parah lagi, seorang partner bisa saja menjadi musuh bagi dirinya sendiri. Yang awalnya mendampingi, membantu, teman diskusi, dan lain sebagainya, kemudian memilih menjadi rival baginya.

Hal ini bisa saja disebabkan karena seorang partner merasa bahwa dirinya selama ini hanya dimanfaatkan oleh partnernya sendiri. Dan hanya digunakan sebagai batu loncatan untuk melancarkan tujuannya.

Padahal ketika seorang mau memahami sebuah partner, mempunyai partner adalah hal yang sangat membantu, baik dari segi personal maupun organisasi.

Dengan mempunyai partner, seorang organisatoris bisa belajar banyak hal. Sering diskusi sehingga memunculkan ide-ide gagasan baru, mampu memahami sesuatu bukan hanya dari kacamata pandang sendiri. Sering menghadapi masalah bersama-sama, sehingga mampu menemukan solusi-solusi baru dalam menghadapi berbagai masalah.

Dan banyak sekali manfaat bagi orang yang mempunyai partner organisatoirs. Jadi sebuah kecelakaan dalam berproses ketika seorang partner merasa bahwa dirinya hanya dimanfaatkan.

“Organisasi mengajarkan kita untuk berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama untuk tujuan bersama. Bukan menjadi seorang individualis.”

Muchammad Mugiono
Latest posts by Muchammad Mugiono (see all)