Pemabuk dan Pecundang

Pemabuk dan Pecundang
©Bonobology

Akulah pemabuk dan pecundang yang sebenarnya.

Aku yang bertahan di dalam lingkaran setan, malamku kuhabiskan bercengkerama dengan alkohol; hanya itu yang membuatku tenang. Tak usah kau menanyakan bagaimana wajah pagi hari, yang kutahu hanya teriknya mentari yang menyala silau nan panas menyengat ari. Mengantar senja kuhabiskan dengan rumus menghitung lotre.

Akulah si pemabuk dan si penjudi itu; hari-hariku kutukar dengan aktivitas itu, hingga umurku yang makin senja ditandai warna rambut yang kilau dan memutih menyala-nyala.

Sesekali tembus lotre jutaan rupiah kusewa dan kucundangi kelaminku bersama para lonte. Puas, nikmat, dan bergairah namun terasa sesaat; dengan keadaan mabuk pun kucundangi kehormatan para lonte dan kutukar dengan selembar rupiah yang tipisnya lebih dari selembar daun mawar.

Akulah pemabuk dan pecundang yang sebenarnya. Kukira dengan itu dendamku terbayarkan, tapi tidak demikian.

Kupanggil Dia dengan Sebutan Hy

Lenggaklenggok lengkap dengan irama sepatu hak tingginya menekuni langkah demi langkah yang menepak lantai bangunan mewah, makin dekat saja terdengar oleh ekor telingaku. Rupanya seorang wanita cantik, putih bermata sipit, berambut panjang setengah pirang; kuperkirakan pasti dia keturunan Chinese. Dia melewatiku, persis di sampingku saat dirinya melintas—tertangkap aroma semerbak khas bunga paperwhites yang paling kusuka.

Hy… ku panggilnya dia dengan terburu-buru. Mulutku masih nyanter oleh aroma alkohol; tangan kiriku pun masih mencekik botol Whisky yang masih beberapa tegukan. Sapaan Hy dariku membuatnya patuh untuk diam menghentikan langkahnya untuk mencapai tujuan. Apa ini sihir sebuah sapaan? (Pikirku dalam keadaan mabuk).

Aku Michael; sembari mengulurkan tangan kananku ke arahnya. Keadaan pun sejenak menghening, hanya aku dan dia pada lorong bangunan yang bertingkat-tingkat ini. Dayaku untuk berdiri dan bertahan dalam keadaan mabuk seakan terasa ingin roboh dan tak kuat bertahan lagi.

Senyum simpul nan singkat darinya melihat keadaanku yang payah tertangkap oleh ekor mata kiriku, lalu dia bergegas melanjutkan perjalanannya menuju bilik kamarnya.

Aku sadarkan diri di siang hari setelah kulewati malam dengan alkohol, tiba-tiba aku sudah berada dalam kamar apartemenku, entah siapa orang yang membawaku ke dalam kamar. Namun aku mencurigainya si wanita sipit cantik itulah yang memberesi keadaanku hingga sampai dalam kamar. Tapi entahlah siapa dia; yang kuingat sebelum aku roboh aku memanggilnya dengan panggilan Hy.

Muhammad Fikri Ramadhan
Latest posts by Muhammad Fikri Ramadhan (see all)