
Zaman yang makin maju saat ini membuat saya begitu geli melihat anak-anak yang hidup dalam kenakalan remaja. Saya sih sebenarnya bukan melihat itu sebagai hal yang tabu ya atau bahkan kuno karena tidak mengikuti perkembangan yang sedang berlangsung. Namun, identitas sebagai pelajar hari-hari ini hampir tidak ditemukan dengan sangat baik di kalangan remaja.
Mengapa saya berani mengatakan ini? Fakta membuktikan bahwa sebagai seorang guru yang notabene setiap hari bersama dengan pelajar di sekolah memberitahukan bahwa anak-anak jauh dari etika yang membanggakan. Akan tetapi, ini tidak mewakili seluruh pelajar di Indonesia ya, bisa jadi hanya sebagian kecil dari jumlah mereka.
Saya, anda, dan kita semua pernah berada di posisi pelajar dan menjadi anak yang dibina oleh orangtua kita sebelum sekarang ini kita dihantam untuk mendewasakan diri dalam berbagai hal, bukan? Kita harus dewasa sebelum waktunya untuk bertahan hidup dari berbagai peristiwa duniawi.
Sebagai pelajar zaman dulu, saya begitu segan dengan sosok guru yang menjadi tenaga pendidik di sekolahku. Bahkan, bersenda gurau pun mungkin jarang terlihat dengan interaksi yang kadang saya lakukan. Namun, bukan berarti kehangatan guru semakin berkurang, malahan saya melihat bahwa perjuangan guru dalam mendidik begitu besar hingga rela membawa anak-anaknya ikut lomba atau melakukan aktivitas dengan alam.
Hingga kini, jika kita telisik dengan baik keadaan para pelajar dan guru seperti mempunyai batas dan jarak yang dalam tanda kutip guru tidak bisa betindak tanpa persetujuan dengan orangtua. Saat ini, aktivitas anak di sekolah harus banyak diketahui oleh orangtua dan sesuatu bisa terjadi apabila memiliki persetujuan dengan orangtua. Fenomena ini mungkin hal yang wajar karena berbagai perkembangan saat ini, bukan?
Peran Ayah untuk Pendidikan Berkarakter
Jika saya layangkan pandangan saya dalam kehidupan yang telah saya jalani. Saya teringat dengan almarhum ayah saya yang telah pergi sekitar empat tahun yang lalu, ini sih bukan tentang kesedihannya. Akan tetapi, saya adalah anak keempat dari pasangan ayah dan Ibu yang bekerja sebagai petani setiap hari. Bahkan, ayah yang menjadi kepala keluarga saat itu belum mengenyam pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar apalagi Ibuku.
Yang menarik adalah bahwa ayah mendidik saya tanpa kata-kata. Bahkan, untuk memberikan saya tanggungjawab pun, ayah tidak pernah menuntut harus gini dan gitu. Ayah adalah sosok yang memberikan saya kepercayaan melebihi dari siapapun. Ayah itu tidak mendikte apa yang harus saya lakukan.
Namun, sebagai anaknya saya menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan ayah begitu sempurna dimataku. Mengapa? Contoh, ketika ayah bekerja, ayah itu memulainya dengan doa. Maka, sejak saat itu saya jadi sadar bahwa apapun pekerjaan, berdoa adalah kunci utama dan berserah kepada Tuhan.
Baca juga:
Menurut saya pribadi, ayah itu adalah guru besar yang serba tahu tentang pentingnya dunia pendidikan. Ayah tidak pernah mengeluhkan soal biaya yang bahkan jika kita saksikan sendiri, keluarga kami bukanlah keluarga berkeadaan besar, namun cukuplah untuk kebutuhan sehari-hari.
Tetapi, itulah ayah yang saya ceritakan ini. Beliau hanya menitipkan semangat dan kepercayaan terhadap apapun pilihan saya. Hingga saat itu saya terus menjadi anak berprestasi di sekolah tak kalah saing dengan kakak abang saya yang lebih dulu selalu juara umum di sekolah.
Satu lagi bahwa ayah tidak pernah membela hal apapun yang salah dengan apa yang kami lakukan apalagi jika bermasalah dengan guru. Ayah tidak ikut campur, ayah percaya bahwa guru akan memberikan sesuatu yang baik dan membangun demi menciptakan pelajar yang pantang menyerah.
Sejenak pernah saya berpikir, ada apa dengan ayah saat itu? Mengapa sepertinya ayah begitu percaya dengan saya walaupun jika kita lihat ya, namanya anak-anak pasti ada momen dimana berbohong, bahkan saya mungkin termasuk di dalamnya.
Melihat hal itu, saya jadi yakin bahwa ayah begitu percaya tanpa mengekang bahkan menuntut saya, namun dengan syarat ayah tidak pernah membiarkan. Ayah telah memberikan teladan lewat kehidupan yang dijalaninya tanpa harus memaksa harus mengikuti jejaknya.
Namun, dengan teladan itu ayah memberitahukan satu hal bahwa pilihan yang kita buat adalah keputusan yang tidak boleh kita sesali kelak. Ayah telah menyampaikan itu lewat tindakannya.
Perang Orang Tua terhadap Tantangan Zaman: Hadirnya Teknologi
Lalu, apa hubungannya dengan zaman sekarang? Perkembangan teknologi dan kecanggihan gadget yang kita punya sekarang sebenarnya hal yang sangat positif dan bagus. Karena, dengan begitu selain kita bisa menikmati hiburan yang membangun, bisa jadi juga apa yang kita lakukan menghasilkan uang.
Kontrol orangtua dan teladan hidup yang akan diajarkan kepada anak untuk saat ini begitu susah. Berbicara tentang anak, apa yang dilihat olehnya maka akan dituntutnya juga harus terjadi demikian dalam hidupnya. Karena itulah menjadi orangtua zaman sekarang lebih banyak mengalami tantangan daripada yang lalu-lalu. Anak melihat dengan dua versi, yaitu yang dilihatnya dari dunia nyata dan dunia maya. Dunia maya yang menghantarkannya untuk bertentangan dengan dunia nyata.
Halaman selanjutnya >>>
- Hujan-Hujan di Oktober - 19 Oktober 2023
- Gebrakan Perempuan Hari Ini dalam Motivasi Belajar Anak - 6 Oktober 2023
- Peran Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Pelajar Masa Kini - 27 September 2023