
Perempuan-perempuan di Indonesia terkenal bukan hanya dengan kelembutannya namun juga dengan kekuatannya. Kelembutan perempuan Indonesia terlihat dalam bentuk tutur kata yang sopan, perilaku yang tenang, kesabaran dalam menghadapi hidup, dan lain sebagainya. Sedangkan, kekuatan perempuan terdapat pada perempuan-perempuan yang bisa dikatakan mengasuh anaknya selama dua puluh empat jam (24) sehari-semalam, bagaimana mereka juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habis-habisnya sampai bagaimana mereka mengangkat ekonomi keluarga bekerja membanting tulang dengan ikut menjadi tulang punggung keluarga.
Di Mandar, Sulawesi Barat, perempuan bersama suaminya ikut bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Konsep ini dikenal dengan konsep Siwaliparri. Siwaliparri adalah konsep kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan yang artinya berbagi tugas, bekerja sama atau gotong royong dalam pembagian kerja antara suami dan istri dalam dunia kerja. Contohnya dalam keluarga nelayan, si suami yang menjadi nelayan mencari ikan dan istrinya menjadi penjual ikan.
Namun, Siwaliparri bukan hanya di keluarga nelayan saja, tapi juga pada ruang-ruang perempuan yang lain. Misalnya, pada penjual makanan, istri yang memasak dan melayani pembeli sedangkan suami yang pergi membeli bahan-bahan yang akan dimasak, ikut melayani pembeli, dan lain sebagainya.
Siwaliparri
Mandar mengartikan Siwaliparri sebagai konsep berbagi beban kerja, bekerja mencari penghasilan bukan pada berbagi beban kerja dalam pekerjaan rumah tangga, domestik. Di sisi lain, perempuan di sini menjadi sangat “feminis” karena setara dengan laki-laki yang bisa mengaktualisasikan dirinya sekaligus sebagai “korban” patriarki karena konsep budaya Mandar yang patriarki yang “mendewakan” laki-laki membuat perempuan bekerja berlebih pada dua bidang yaitu domestik (privat) dan luar rumah (publik).[1]
Hal demikian tergambar dalam Zuhriah (2020)[2] bahwa peran serta perempuan dalam Siwaliparri yang mendapati perbedaan gender dalam hal persamaan, setara (equality) dan tidak setara, ketidakadilan inequality.
Man as the king, and woman as the servant adalah bentuk tirani pada perempuan di wilayah publik (umum) dan privat (rumah tangga) dari laki-laki kepada perempuan di Mandar. Bagaimana perempuan sendiri harus “menghamba” pada laki-laki karena kerelaannya sendiri dan faktor sosial-budaya di lingkungan sekitar.[3]
Zuhriah mengatakan bahwa di Mandar, laki-laki dianggap sebagai raja, dan perempuan dianggap sebagai pembantu sebagai bentuk dari penjajahan laki-laki kepada perempuan. Perempuan harus menghamba kepada laki-laki karena keinginan mereka sendiri dengan rela mematuhi laki-laki dan faktor sosial budaya yang memengaruhi itu semua.
Lebih lanjut, Zuhrih (2020) menulis bahwa Siwaliparri memberikan keuntungan dan kerugian, atau kebaikan dan keburukan bagi perempuan itu sendiri. Perempuan menjadi pemimpin dalam keluarga ketika suami tidak ada sekaligus menjadi tulang punggung (bread winner) yang harus mengurus dan membiayai keluarga selama suami pergi melaut ke laut. Di sisi lain terjadi ketidakadilan, penindasan, dan eksploitasi kerja berlebih. Kontruksi Siwaliparri merupakan kontruksi sosial-budaya perempuan yang (ikut) “mendewakan” laki-laki.
Perempuan Berperan Ganda
Di Mandar, keterlibatan perempuan sebagai perempuan pekerja bukanlah suatu hal yang aneh atau wajar. Senada dengan yang diungkapkan Ismail (2012)[4] yang mengatakan keterlibatan perempuan dalam bekerja, oleh laki-laki dipandang sebagai kewajaran. Kaum perempuan yang bekerja bukan hanya didorong oleh faktor ekonomi karena bermaksud untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, karena didorong oleh faktor kultural dan moralitas.
Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang bisa dikerjakan dan dengan pertimbangan kodrati. Kultural artinya konsep Siwaliparri. Sedangkan dari sisi moralitasnya karena perempuan memiliki tanggung jawab moral pada keluarga (anak) terlebih ketika mereka ditinggal oleh suami.
Perempuan (istri) yang melaksanakan budaya Siwaliparri ini menjadi perempuan yang inspiratif karena mereka memiliki peran ganda dalam keluarga (menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya) dan kreatif dalam membangun keluarga, rumah tangganya. Jika laki-laki pergi, perempuan di rumah mengerjakan tugas yang lain. Contohnya, Siwaliparri pada keluarga nelayan.
Ketika laki-laki (suami) pergi melaut selama beberapa jam, perempuan (istri) mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Ketika laki-laki (suami) pulang, perempuan (istri) pergi ke pasar atau area perkampungan penduduk untuk menjual ikan hasil tangkapan suaminya.
Ketika laki-laki (suami) pergi melaut selama beberapa hari, perempuan (istri) masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Ditambah, mengurus dan menjaga anak-anak mereka di saat suami tidak ada di rumah.
Beban kerja itu bertambah seperti mengambil dan mengangkat air karena air sekitar mereka asin sehingga akses air bersih untuk dimasak tidak tersedia di area perkampungan nelayan. Belum lagi perempuan harus bisa menjadi guru baik ketika membantu anak-anaknya belajar, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah, dan mengajar mengaji jika anak-anak tidak pergi mengaji ke gurunya.
Ketika laki-laki (suami) pergi melaut selama beberapa minggu, perempuan (istri) masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Ditambah, mengurus dan menjaga anak-anak mereka di saat suami tidak ada di rumah.
Beban kerja itu bertambah selain mengambil dan mengangkat air karena air sekitar mereka asin sehingga akses air bersih untuk dimasak tidak tersedia di area perkampungan nelayan. Belum lagi perempuan harus bisa menjadi guru baik ketika membantu anak-anaknya belajar, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah, dan mengajar mengaji jika anak-anak tidak pergi mengaji ke gurunya.
Halaman selanjutnya >>>
- Sepenuh Hati Memenuhi Panggilan Berziarah - 19 September 2023
- Diri Sejati Kita Adalah Sesuatu yang Tak Terbatas - 16 September 2023
- Orang yang Terhijab dari Pada The Truth itu Sudah Pasti Terhijab dari Pada Agama - 6 September 2023