Perjalanan Terminologi: Dari Marxisme Klasik Menuju Marxisme Modern

Perjalanan Terminologi: Dari Marxisme Klasik Menuju Marxisme Modern
©Medium

Marxisme di era pra-modern pun cukup menghasilkan stigma dan telah jauh dari prinsip dasarnya.

Ideologi dan idealisme terus tumbuh dalam sejarah dan dalam pengalaman hidup manusia bagi mereka yang memiliki kesadaran akan majunya ilmu pengetahuan melalui kontradiksi, negasi, perdebatan, persaingan, dan konflik. Khususnya yaitu ideologi yang munculnya bukan karena secara mendadak, bukan karena kompetisi intelektual dan juga bukan karena fenomena egoisme yang vertikal maupun horizontal.

Begitu pula Marxisme, ia muncul atas keadaan ilmiah dan kondisi kehidupan manusia yang saling campur aduk mengembangkan kepentingan dan kemaslahatan hajat hidup manusia. Karl Marx adalah seorang agitator, propagandis revolusioner, penggerak, penggagas, serta pencipta dari sekian penemuan marwah yang muncul dari pemikirannya.

Marxisme adalah identitas ideologi bagi kaum Marxis, kaum marxis berpedoman pada gagasan dan ide-ide mutlak Marx melalui marxisme. Meskipun pada kenyataannya Marx mengatakan bahwa ia bukanlah seorang marxis.

Marx hanya memberi langkah, premis-premis dan ramuan khusus untuk terciptanya sebuah revolusi sosial yang saat itu prinsip dasar dari sebuah marxisme adalah revolusi atas nama perjuangan kelas khususnya perjuangan buruh yang idealis. Inilah yang menjadi langkah awal terorganisirnya marxisme gaya klasik dengan menyesuaikan kondisi dan keadaan pada abad ke-19.

Marx terilhami dari gaya filsafat Hegel yang membuat gagasan dan peta pemikirannya yang kelak tumbuh pada beberapa negara dunia ketiga seperti Kuba, Vietnam, Tiongkok dan beberapa negara yang menjadi sekutu pada negara blok timur yang dinakhodai Uni Soviet. Saya mendapati hal unik ketika mendalami marxisme dalam konteks pemikiran filsafat Marx. Marx terinspirasi dari paradigma filsafat Hegel tetapi di sisi lain Marx mengubah cara pandangnya terhadap asumsi filsafat Hegel yang menurutnya adalah sebuah kesalahan.

Marx dan Hegel melihat dunia dengan perspektif yang berbeda. Dalam analisis yang  saya dapatkan, Hegel berpendapat bahwa adanya proyeksi dan adanya sebuah “ada” di dunia ini terpancar dari ide-ide manusia sebagai subjek yang menciptakan asal-usul dari mereka dan bagaimana mereka ada didunia ini, dunia adalah objek bagi manusia.

Hal itu pun ditolak oleh Marx secara akademis. Marx mengatakan dan berpendapat lain bahwa justru dunialah yang memunculkan ide-ide tersebut dan manusia menerimanya sebagai sebuah realitas dan entitas yang mungkin harus ditafsirkan dengan sedemikian rupa. Hegel mengutarakan asumsi tentang ide sebagai sebuah perjalanan panjang tentang terminologi bahasa yang berpotensi menimbulkan paradoks diantara sesama manusia, sehingga menemukan titik ujung yang kemudian disebut Hegel sebagai “Ide Absolut”.

Berbeda dengan Marx yang melihat dunia dan sejarah sebagai sebuah sebab-akibat yang ditimbulkan dari rasionalitas yang nyata tentang manusia. Maka berangkat dari asumsi itulah Marx disebut sebagai seorang Materialis. Inilah yang selanjutnya mendasari dari pemikiran marxisme klasik yang secara tak sengaja Marx menciptakan sebuah landasan teori yang di kemudian hari dipakai oleh para marxis di seluruh dunia dengan konsep dan cara yang berbeda.

Baca juga:

Saya sedikit memahami bagaimana arah dan peta gerakan marxisme berjalan dari tahun ke tahun sehingga masih eksis hingga sekarang walaupun sudah terdistorsi dari berbagai ancaman-ancaman dan kebijakan-kebijakan politik yang mempropagandakan stigma negatif yang berlebihan baik secara bukti sejarah maupun penyelewengan arsip ilmiah dan kajian tentang marxisme.

Marx melihat sejarah sebagai sebuah perjuangan kelas, baik itu kelas Borjuis maupun kelas Proletariat dengan kepentingannya masing-masing. Marx mengkaji dari segi ekonomi dan ketimpangan sosial dari akibat sistem Kapitalisme yang tercipta dari hierarki kelas. Faktor utama inilah yang mendorong Marx dan Engels membentuk sebuah kitab utama kaum kiri bernama Manifesto Komunis pada tahun 1848.

Selanjutnya Marx lebih detail menganalisis kapitalisme dalam bentuk buku berjilid Das Kapital dengan jumlah total tiga jilid volume. Bersandarkan pada fenomena sosial-ekonomi masyarakat yang hari-harinya hanya dihabiskan untuk bekerja dan disisi lain ada beberapa minoritas masyarakat yang mengambil keuntungan lebih dari pekerjaan itu. Dasar konsep kelas itulah yang menjadi struktur pemikiran marxisme.

Kaum proletar pada akhirnya teralienasi oleh kehidupan mereka sendiri dalam belenggu kapitalis. Begitu pula kaum borjuis yang terasingkan sebagai manusia yang memiliki kewajiban positif secara sosial dan menghilangkan apa yang disebut sebagai penindasan.

Saya begitu memahami apa yang dimaksudkan dari retorika Marx, kesimpulan mendasar dari apa yang diutarakan adalah bahwa manusia memiliki progress wajib bernama kebebasan dan itu harus dicapai dengan gerakan materialis yang bernama revolusi dunia. Sehingga Sosialisme dapat tercapai setelah revolusi tetapi bagi saya tujuan Marx terlalu ambisius di tengah-tengah masyarakat yang pluralis dalam konteks beragama dan berbudaya begitu pula munculnya masyarakat hedonis yang sulit akan timbulnya kesadaran kelas.

Teori Marx sangat sulit dicapai untuk para revolusionis awam di zaman modern ini. Para filosof dan sosiolog barat pada akhir abad ke-19 beranggapan bahwa marxisme telah usang dan mereka menemukan sebuah kegagalan dalam jantung marxisme. Ramalan Marx tentang kehidupan setelah revolusi sangat sulit untuk dibuktikan dan justru kapitalisme tumbuh berkembang menjelma menjadi Imperialisme.

Menurut Lenin, imperialisme adalah bentuk paling mutakhir dari kapitalisme. Karena doktrin tentang akumulasi kapital dan investasi modal telah masuk lalu berhasil menyihir di beberapa negara di dunia melalui birokrasi pemerintahan dengan kepalsuan-kepalsuan yang dibungkus menggunakan kesejahteraan ilusi secara massif dan dogmatis.

Kapitalisme dengan sangat cepat berkembang dan mengakar di belahan dunia. Ini yang membuat marxisme jatuh mundur ke belakang dalam beberapa tahun karena tidak sanggup mengikuti pola perkembangan zaman dimana kebiasaan hidup manusia mulai berubah-ubah dan teknologi menemukan jalan baru untuk hinggap ditempat dengan mayoritas negara yang sudah mulai memasuki fase industri modern.

Halaman selanjutnya >>>
Farouq Syahrul Huda
Latest posts by Farouq Syahrul Huda (see all)