
Ulasan Pers – MAARIF Institute bekerja sama dengan P3M menyelenggarakan Pelatihan Literasi Digital untuk Ulama Muda. Kegiatan yang dilakukan melalui Webinar ini dilaksanakan selama dua hari pada 22-23 November 2021 dengan menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya: Hengky Ferdiansyah (aktif di el-Bukhari Institute), Alvin Nur Choironi (aktif di el-Bukhari Institute), dan Dedik Priyanto, (aktivis dakwah digital dari islami.co). Acara ini dimoderatori oleh Hijroatul Maghfiroh.
Acara pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kecakapan digital ulama muda, baik di kalangan NU maupun Muhammadiyah, dan ormas ormas lainnya; meningkatkan skill dai digital dalam bidang branding dan manajemen dakwah digital, dan meningkatkan kemampuan berjejaring dengan para aktivis dakwah digital.
Abd. Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif Maarif Institute, dalam pembukaan berpesan, pasca-pelatihan yang diikuti oleh para ulama muda ini, para pendakwah harus punya kemampuan untuk mengidentifikasi serta menyaring informasi yang diterima sebelum diteruskan kepada umat.
“Makin banyaknya konten-konten positif yang disajikan atau disampaikan kepada masyarakat merupakan sebuah alternatif lain untuk menekan serbuan konten negatif yang juga terus menyebar di era keterbukaan informasi ini,” terang Rohim.
Hengky Ferdiansyah (aktif di el-Bukhari Institute), dalam paparannya mengatakan arus informasi teknologi mengakibatkan model dakwah makin berkembang pesat dan dinamis. Tidak bisa dimungkiri bahwa konten-konten berbau radikalisme, ekstremisme sangat cepat menyebar dan mampu masuk ke semua lini.
“Kemudahan akses internet yang bisa ditemukan di mana pun, kapan pun, dan dilakukan oleh siapa pun tentu membuat informasi yang beredar makin banyak dan beragam. Informasi yang dihasilkan pun mencakup beberapa macam, ada informasi yang kontennya bisa dipercaya dan aktual. Ada pula berita bohong atau hoax. Di sinilah peran penting dari literasi digital,” ujar Hengky.
Sementara Dedik Priyanto mengingatkan generasi milenial harus mampu menyajikan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Jika tidak, itu berpotensi menyesatkan publik pengakses internet. Maka menjadi sebuah keharusan para generasi milenial melek literasi digital, utamanya dalam kepentingan mengakses sumber informasi keislaman,” jelasnya.
Narasumber lainnya, Alvin Nur Choironi berharap bahwa literasi digital di era revolusi industri 4.0 harus terus digelorakan di kalangan anak-anak muda milenial. Sebagai salah satu kelompok yang paling berpengaruh di ruang digital, generasi muda harus didorong untuk selalu menerapkan literasi digital ketika berselancar di internet.
Pelatihan ini diikuti oleh 50 orang peserta dari organisasi Muhammadiyah, NU, dan organisasi moderat lainnya yang tersebar di lima wilayah kota (Bandung, Bogor, Malang, Makassar, dan Surakarta). Adapun kriteria peserta; memiliki pandangan keagamaan yang moderat. memiliki penguasaan khasanah keislaman yang cukup kuat; tertarik dan berkomitmen untuk aktif di media sosial.
Baca juga:
- Memasuki Dua Dekade, MAARIF Institute Perkuat Komitmen Mengawal Visi Perjuangan Buya Syafii - 2 Maret 2023
- MAARIF Institute Dukung Penuh Kepolisian Usut Tuntas Bom Bunuh Diri - 12 Desember 2022
- Indonesia Kehilangan Pejuang Islam Wasathiyah yang Tercerahkan - 19 September 2022