Petuah Bapa Menatap Kaca Jendela

Petuah Bapa Menatap Kaca Jendela
©121clicks

Hari pertama minggu itu bulan hujan Desember
Waktu suatu malam kantuk pada ritual menetap jendela kaca yang belum kelar
Aku mengaduh pada Tuhan:

Tuhan, mengapa tidak membalas chatingku dalam doa hari kemarin
Tidakah Tuhan tahu bahwa  aku sedang asyik duduk di kaki Tuhan dan tidak bermain
tatapan ke lain hati.
Aku mencemaskan bagaimana kabarMu, setelah jeda panjang waktu liburanku.

Ternyata jam di layar hand phone-ku pelan-pelan luruh sebab malam mulai kantuk
Dan aku masih saja membisu dalam ritual menatap jendela kaca
sambil menunggu chatingan Tuhan.

Waktu sepi makin bising di kepala
sedang ekor mataku melirik
pada jendela berharap ada tanda sedang mengetik balasan dari Tuhan.

Beberapa menit kemudian
Tepat pukul 22.30, pesan masuk di jendela kaca:

Selamat malam, nak,
Sesungguhnya dalam diam ini, aku sedang mengajarimu
untuk mampu menahan diri terhadap rindu mu
yang belum dan mungkin tidak dibayar segera

Barangkali sudah waktunya kau selimuti tubuhmu
Dan sudahi ritual menatap jendela kacamu,
Sebab sudah kutaruh wajahKu di jendela kacamu yang harus kau bawa pergi dalam
aminmu.”

Nos Cum Prole Pia

Tugas Kuliah

: Buat temanku Taena yang Kriting

Maaf Aba,
Kakiku telat pagi ini masuk pintu rumah Mu setelah jeda Veni Creator
Sebab malam kemarin isi kepalaku terlalu serius mengerjakan tugas kuliah
Sambil sesekali jemari-jemari tangan melucuti layar handphon baruku
Sampai larut malam

Apakah aku terlalu nakal di hadapan Mu?

Gadis Hujan Pertama

Magdalena,
Gadis saat malam hujan pertama di penghujun bulan

Pada dasar cangkir kopiku
Mengendap segala ada: Malam,sepi,kamu,wanita, sebelah tulang rusuk Adam,bayang-bayang, ingatan, kunang-kunang, kasmaran juga rinduku
Yang belum sempat dituturkan malam kepada Tuhan

Setiap Tegukan

: wanita pusara

Selepas visitasi
Pada malam dan secangkir kopi
Menjelma seperti rindumu yang tak pernah dituntaskan
Dalam setiap tegukan

Baca juga:
Itho Halley