
Senja adalah tanda, bagi
Perindu berkalung duka
Bahwa Seterik apapun luka
Akan indah bila jingga telah berpagut dengan laut.
Malam adalah hikmah
Menyimpan beribu kisah
Tentang rindu, kasih, dan harap
Terkubur rapi dalam untai do’a.
Sedang pagi,
Adalah lonceng diri
Berdentang membisikkan peringatan
Sesuram apapun kelam menikam
Terdapat lembar baru untuk diisi
Jenuh
Merasa setiap langkah sekadar jalan menuju rebah
Tanpa arti sebatas menanti mati
Hanya raga yang bergerak tanpa kehendak
Tubuh yang sebentar kemudian rubuh
Letih, tertatih terlalu ringkih
Tak kutemukan lagi pendar putih
Sejak kepergianmu kasih.
Segalanya kini hanya kolase peristiwa tanpa arti
Semoga saja malam masih menyisakan tenang
Yang membiarkan sebanyak apa pun air mata menggenang
Bukan kosong yang melolong dari balik kolong
Semoga saja—agar lelapku terbebas dari pekat
Risih
Aku risih pada bising
Sering kali menyisakan orang-orang tersisih
Geram pada keramaian yang penuh penghakiman
Lewat tatapan, bisikan juga sulur-sulur lidahnya yang tajam
Jika pada hening kudapatkan tenang
Untuk apa kudatangi riuh yang keruh
Oleh manusia yang lihai menilai
Hingga lalai pada dirinya yang selalu abai
Tak bisakan kita bercengkerama
Tanpa peduli nama, warna atau agama
Sebegitu susahkah melangkah tanpa tengadah
Sedang semua berawal dari tanah
Manusia
Nyatanya tak ada yang benar punya kuasa
Dalam cerita, kisah dan segala perkara
Yang dirancang amat matang bisa saja terbuang
Yang diharap mekar malah terbakar
Menyisakan abu ikut terbawa angin
Sejatinya kita tak benar punya kendali
Pada tiap takdir yang kadang dirasa getir
Lupa bahwa tersimpan hikmah dalam sebuah kesah
Hanya sibuk mengeluh dan melenguh
Karena pinta tak pernah berujung cinta
Sebab rindu sering kali berakhir sendu
Lalu mati tanpa sempat punya arti
Candu
Adalah rindu
Yang tak memiliki hulu
Tak jemu merayu temu
Hingga lupa waktu
Adalah puisi
Bersembunyi dalam rima juga diksi
Demi memujimu dalam sepi
Tanpa seorang pun mengenali
Adalah kata
Yang tak terbetik titik
Lupa cara berhenti
Merapal namamu yang tak bertepi
Adalah kamu; candu paling syahdu
Pulang
Setelah sekian kata tumpah ruah
Tentang resah atau lelah
Bahkan sekadar huruf yang gerah akan makna terserah
Sajakku melanglang jauh dari tubuh
Mengembara tak berumah, hilang arah
Merindukan pulang pada dirimu yang kian jauh
Sebab tubuhmu adalah
Rengkuh paling utuh bagi kata yang ringkih
Mencari labuh sebelum rubuh
01:43 pm
Dalam senyap
Kerap kali kudengar derap
Yang mengendap dalam gelap
Sibuk meraba dan menerka
Perihal suka duka juga luka
Dan rindu yang kadang merekah
Sedang bayang
Dari senyummu masih bersarang
Menyisakan resah mesti girang atau berang
- Kita dan Kata - 2 Juli 2022
- Petuah Waktu - 20 Maret 2022