Nalarpolitik.com – Rasanya Baru Kemarin adalah puisi kemerdekaan karya KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus. Puisi ini terbit pertama kali pada 11 Agustus 1995 dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Guna menyesuaikan konteks, sebagaimana yang Gus Mus juga lakukan pada puisi kemerdekaan-nya ini di tahun 2016 lalu, maka kami terpaksa mengganti angka “71” menjadi “72” tanpa mengubah substansi.
Untuk selengkapnya, berikut ini puisi Gus Mus versi revisi kami:
Rasanya Baru Kemarin
Rasanya baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta atas nama kita menyiarkan dengan seksama kemerdekaan kita di hadapan dunia. Rasanya gaung pekik merdeka kita masih memantul-mantul tidak hanya dari para jurkam PDI saja.
Rasanya baru kemarin, padahal sudah 72 tahun lamanya.
Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasa atau berusaha. Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa sudah banyak yang turun tahta. Taruna-taruna sudah banyak yang jadi petinggi negeri. Mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi sudah banyak yang jadi menteri dan didemonstrasi.
Rasanya baru kemarin, padahal sudah lebih setengah abad lamanya.
Petinggi-petinggi yang dulu suka korupsi sudah banyak yang meneriakkan reformasi tanpa merasa risi.
Rasanya baru kemarin. Rakyat yang selama ini terdaulat sudah semakin pintar mendaulat. Pejabat yang tak kunjung merakyat pun terus dihujat dan dilaknat.
Baca juga: Yudi Latif: Visi-Misi Merdeka, Cermin Kebebasan Positif
Rasanya baru kemarin, padahal sudah enam puluh tahun lamanya
Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh, padahal pembangunan badan yang kemarin dibangga-banggakan sudah mulai runtuh.
Kemajuan semu masih terus menyeret dan mengurai pelukan kasih banyak ibu-bapa dari anak-anak kandung mereka. Krisis sebagaimana kemakmuran duniawi masih terus menutup mata banyak saudara terhadap saudaranya.
Daging yang selama ini terus dimanjakan, kini sudah mulai kalap mengerikan. Ruh dan jiwa sudah semakin tak ada harganya.
Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan para penguasa berlaku sewenang-wenang, kini sudah pandai menirukan.
Tanda-tanda gambar sudah semakin banyak jumlahnya. Semakin bertambah besar pengaruhnya. Mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda. Kepentingan sendiri dan golongan sudah semakin melecehkan kebersamaan.
Rasanya baru kemarin, padahal sudah 72 tahun kita merdeka.
Rasanya baru kemarin…
Tokoh-tokoh angkatan empatlima sudah banyak yang koma. Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah banyak yang terbenam. Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah banyak yang tak jelas maunya.
Rasanya baru kemarin…
(Hari ini, ingin rasanya aku bertanya kepada mereka semua: bagaimana rasanya merdeka? Ingin rasanya bertanya kepada kalian semua: sudahkah kalian benar-benar merdeka?)
- Jika Pasangan Amin Maju, Hanya 16,5 Persen Warga Akan Memilih - 22 September 2023
- Figur Presiden Lebih Kuat daripada Partai Politik - 8 September 2023
- Rakyat Indonesia Menolak MPR Jadi Lembaga Tertinggi Negara - 27 Agustus 2023