Rantauan Malangku

Rantauan Malangku
Ilustrasi: IST

Seperti biasa, Malang diguyur hujan berkepanjangan
Bulan Desember sepertinya menjadi kesukaan hujan
Di balik suara rintikan, di sana terselip kerinduan

Hawa dingin menyelimuti seorang anak
Perutnya seakan bernyanyi dengan suara yang memelas
Namun sayang, dunia tak punya telinga untuk mendengar
Dunia tak punya rasa untuk peka

Sementara bulan Desember sudah melewati pertengahan
Tuntutan hidup sudah siap melindas
Nada dering isyarat belum juga terdengarkan
Dan wajahnya pun terlihat memelas

Sebuah rindu terbungkus dalam kelabu
Menjadikannya tersimpan dalam kalbu
Direkayasanya kabar buruk menjadi kabar baik untuk ibu
Dengan suara yang sedikit ragu-ragu

Ini di tanah orang, bukan kampung halaman
Tidak ada alasan untuk memandang kesedihan
Selama kebesaran hati masih dikandung badan
Selama itu pula masih bersinar harapan

Di balik kepalan tangan, ada mimpi yang tergenggam
Rindu yang tertanam menjadi penyemangat untuk pulang
Bergelut dengan ilmupengetahuan dibutuhkan kesabaran
Apalagi di tanah orang, sulit bagi kehidupan

Tak perlu takut di tanah rantau selama ada pedoman
Prinsip yang kuat membawa kesuksesan
Menuntut ilmu tidak boleh setengah hati
Seperti kata pepatah “Sekali layar terkembang, pantang biduk surut kepantai”

*Klik di sini untuk membaca sajak-sajak lainnya

___________________

*Klik di sini untuk membaca sajak-sajak lainnya.

Latest posts by Muchsin Fadly (see all)