Rumahku Menutup Mata

Rumahku Menutup Mata
©CNN Indonesia

Kala senja sedang melukis
Tampak seutas kata-kata terurai di awan
Tentang lembayun harkat seorang diri
Yang menindas dan tak di adili
Nan sinar cahaya sedang menilik
Memberikan pesona pada alam
melambungkan sejuta cinta
Bagi semua orang yang terpojokkan
Di persimpangan jalan beribu tangisan
Membajirkan air mata di tikungan jalan
Namun tiada arti dan bekas
Tuk mengais mereka kembali di jalan baik
Kesedihan semakin merajalela
Meratapi mereka penuh tangisan
Apalah daya nasib sang yatim
Terlantar di jalan, negara pun menutup mata

Bukan Kita, Hanya Mereka

Di atas lembayun senja
Ku mengenangkan impian dan harapan
Pada alam kumengisahkan
Tentang air mata yang lagi jatuh
Ku pun memandang di setiap persimpangan
Selalu di fariasi dengan keperihan
Tuk meminta kedamaian dan keadilan
Demi kemerdekaan yang segelintir
Kini sorakan alam semakin bergusar
Hingga tembok istana pun menembusinya
Namun ruangan bersih hanya untuk koruptor
Yang menjadi kuasa atas penguasa

Bergagah dan bertatih

Kebisingan dunia semakin bergema
Menembusi langit dan bumi
Membakar harkat para pejuang
Untuk bergagah dan bertatih
Kian sang cacat kaki saling betatih
Nan orang-orang buta saling menuntun
Sebab sang yatim berteriak kasih sayang
Namun para politisi tak mengenanginya
Jasa pahlawan selalu dikenang
Tapi nasib sang miskin tiada arti
Tangisan para koruptor selalu di dominasi
Nan air mata sang yatim selalu mengalir
Kesedihan merupakan perjuangan
Sorakan air mata menjadi bukti
Nan karya nyata akan di raih
Demi suatu kepastian hidup

Semakin Ku Mengukir

Ketika sehelai daun melambai
Kian sedang menyapa Dunia nan kebisingan
Teriakan sang Bayi tak berarti
Semuanya sibuk keperasingan
Gencatan senjata sedang mengukur Dunia
Seakan-akan Bumi bisa di pegang
Sorakan sang Yatim Piatu tak dihiraukan
Hingga bekas peluru melekat pada tiang
Dunia pun berteriak demi “Kedamaian”
Namun, kian berlalu bagaikan angin menghembus
Keadilan tak ada bekas di Hati
Tetapi peperangan selalu di dominasi.

Suara Putra Bangsa

Semangat kami bagaikan api membara
Cinta bagaikan sejuk angin membelai tidak berhenti
Derap langkah menghentak
Siap maju ke depan
Pahlawan berjuang hingga raib
Meraih kemenangan untuk kebebasan
Rasa gentar dan takut terlenyapkan
Usaha sampai tumpah darah tiada usai
Moncong senapan mengarah pada sang ancaman
Para penjajah yang datang dengan ketamakkan
Dengan lantang ku suarakan
Bahwa aku putra bangsa rela mati demi merdeka
Kemerdekaan telah membebaskan dekapan
Kini dapat bernapas tanpa sesak
Walaupun darah tertumpah di tanah tak mengapa
Asalkan lunas terbayar hutang merdeka
Sebagai putra bangsa kami takkan tinggal diam
Jasa para pahlawan menjadi saksi
Siap siaga hingga merdeka
Wahai para penjajah durjana
kami ingin merdeka….. Camkan itu!!!

Damianus Suryo Pranoto
Latest posts by Damianus Suryo Pranoto (see all)