Terkesan dengan cerita dalam buku itu membuat saya penasaran dengan penulisnya sehingga membawa saya ke buku-buku yang lainnya seperti Angel and Demon, Deception Point, The Lost Symbol sampai yang terbaru Origin. Semuanya adalah buku tebal yang minim gambar. Tapi karena narasinya sungguh-sungguh indah, siapa pun akan betah berlama-lama.
Dari buku-buku Dan Brown akhirnya saya melompat ke buku-buku sejarah, sains, dan yang lainnya untuk memenuhi gairah keingintahuan saya.
Kebangkitan gairah membaca saya benar-benar saya syukuri. Tidak semua orang mengalaminya. Mencintai sesuatu yang dulu kita benci bukanlah sesuatu yang mudah. Kita tidak boleh membiarkan para siswa mempunyai pengalaman membaca yang menyebalkan karena buku-buku pelajarannya.
Lagi pula apakah buku pelajaran adalah sumber belajar wajib? Tak bisakah seorang guru mengajar tanpa buku pelajaran? Bukankah sekarang kita mengagungkan melimpahnya informasi di dunia maya?
Daripada membawa banyak buku pelajaran yang nyaris tak pernah mereka baca tanpa terpaksa, kenapa tak memberikan para siswa kesempatan untuk membawa satu buku saja yang mereka suka ke sekolah, ke tempat yang katanya menjadi tempat untuk belajar bagi mereka?
Gimana? Sudah siapkah sekolah tanpa buku pelajaran?
Baca juga:
- Semua Anak Suka Belajar, tapi Benci Dipaksa Belajar - 31 Agustus 2022
- Membaca Adalah Kemewahan - 29 Agustus 2022
- Nilai Matematika Tidak Penting - 26 Agustus 2022