Sepak Bola Indonesia Lebih Hidup di Tangan Anak Muda

Sepak Bola Indonesia Lebih Hidup di Tangan Anak Muda
Ratu Tisha Destria, Sekjen PSSI

Di luar heboh-heboh menteri baru, ranah sepak bola Indonesia juga membawa berita baru. Ini bisa dibilang kabar enak setelah sekian lama dunia sepak bola dalam negeri beraroma nggak enak. Sudah tahu, belum?

Yes! Kabar enak dari dunia sepak bola itu adalah terpilihnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U20. Aku mau share cerita belakang layar di balik kabar gembira ini.

Perjuangan hingga Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 itu tidak ringan. Buktinya, dari sisi persyaratan saja sudah ruwet minta ampun. Bayangkan saja, tidak kurang dari 205 dokumen mesti disiapkan untuk bisa ikut bidding sebagai tuan rumah.

Nggak cuma itu, mereka yang mengajukan nama Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 pun harus bisa mendapatkan tanda tangan Presiden Jokowi sebagai salah satu syarat yang mesti dipenuhi.

Syukurnya, Presiden Jokowi mau memberikan dukungan tanpa ragu agar Indonesia bisa jadi tuan rumah U20. Jokowi memberikan tanda tangannya dalam dokumen persyaratan resmi, bahwa Indonesia siap jadi tuan rumah Piala Dunia U20.

Kenapa kubilang begitu? Karena dalam proses bidding sebagai tuan rumah Piala Dunia U20, pesaing Indonesia sekelas Brasil dan Peru yang, terus terang saja, lebih punya pamor di ranah sepak bola.

Belum lagi dari sesama negara Asia. Negara-negara kaya seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, sampai Bahrain pun menaruh minat untuk jadi tuan rumah Piala Dunia U20. Siapa mau bilang mereka adalah pesaing mudah untuk perhelatan kelas dunia?

Bahkan negara-negara yang masih bisa disebut tetangga, seperti Thailand dan Myanmar, juga berambisi untuk jadi tuan rumah Piala Dunia U20. Terlepas ini level U20, tapi ini adalah perhelatan kelas dunia.

Bukan rahasia juga, sejarah sepak bola banyak diwarnai juga dari U20. Seabrek figur papan atas sepak bola dunia lahir dari ajang U20. Buat penggila sepak bola, tidak perlu disebut lagi siapa saja nama pemain papan atas yang lahir dari sana.

Tak terkecuali pada Piala Dunia U20 yang akan berlangsung pada 2021 nanti. Pemain bertalenta dari Manchester United seperti Mason Greenwood pun akan menjadi salah satu magnet di ajang ini.

Sementara jauh sebelumnya, bukan rahasia, ajang U20 itu pernah melahirkan pemain sekelas Diego Maradona, Geovani Bismarck, Adriano, Caio, Seydou Keita, Saviola, Messi, Kun Aguero, sampai dengan Pogba. Nama-nama tersebut sekaligus tercatat sebagai peraih Bola Emas di ajang ini.

So, usaha keras mereka yang sukses menggolkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 pada 2021 mendatang tidak bisa dianggap remeh!

Kekuatan Anak Muda Menundukkan FIFA

Apa yang istimewa dari semua proses hingga FIFA mengangguk Indonesia bisa jadi tuan rumah Piala Dunia U20? Karena di sana ada kekuatan anak muda yang ada di lingkaran sekjen PSSI. Sekali lagi, ini kekuatan anak muda, yang punya kemampuan lobi dan negosiasi kelas dunia.

Siapa mau bilang mudah menundukkan FIFA? Terlebih yang datang adalah negara yang acap dicibir sebagai negara berkembag. Tapi, kualitas negosiator dari kesekjenan PSSI terbukti berkelas. Mereka bisa menundukkan FIFA, dewa paling angkuh dalam sepak bola dunia.

Betul, di sini Indonesia juga diuntungkan karena tersingkirnya Peru sebagai pesaing dalam proses bidding teranyar. Pasalnya, Peru punya borok, lantaran pernah terpilih tapi mundur cuma karena alasan tidak siap. Sementara Brasil sudah keseringan jadi tuan rumah ajang FIFA.

Namun, kesigapan dan kejelian negosiator dari kesekjenan PSSI juga berperan sangat penting. Terbukti, negara-negara lain yang lebih kaya saja bisa tersingkir, dan mata FIFA bisa dibuat cuma tertuju ke Indonesia. Bukan pekerjaan ringan.

Silakan ajak ngobrol pengurus-pengurus PSSI lama. Anda bisa dapati kesimpulan bagaimana angkuhnya FIFA dan sulitnya membuat mereka bisa tunduk. Kali ini, sekelompok anak muda yang mengisi kevakuman PSSI justru mampu melakukan pekerjaan besar: menundukkan FIFA.

Terlebih FIFA tidak cuma mau membaca apa yang tertulis di proposal, tapi juga turun langsung melihat sejauh mana Indonesia siap jadi tuan rumah.

Padahal, domumen bidding saja sudah seabrek begini lho.

Sepak Bola Indonesia Lebih Hidup di Tangan Anak Muda 1

Anak-anak muda nekat ini bekerja sampai encok! Well, kalian hebat. Walaupun encok-encok, anak muda inilah para pahlawan yang menggolkan Indonesia jadi tuan rumah salah satu ajang FIFA, Piala Dunia U20.

Sepak Bola Indonesia Lebih Hidup di Tangan Anak Muda 2

Mereka tahu, mereka masih muda, dan acap dipandang sebelah mata karena dinilai masih hijau. Siapa sangka jika di balik wajah-wajah yang “masih hijau” ini, mereka mau bekerja jauh dari sorotan media, dan sukses menaklukkan FIFA!

Sepak Bola Indonesia Lebih Hidup di Tangan Anak Muda 3

Kelihatan, kan, bagaimana keletihan mereka? Tapi, kalangan muda di kesekjenan PSSI inilah yang sudah bikin Indonesia bangga. Mereka membawa kejutan setelah sekian lama dunia sepak bola tanah air terkesan diurus dengan canda oleh kalangan tua.

Berat. Sangat berat. Mereka kalangan muda ini bekerja saat Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi memilih fokus jadi gubernur di Sumatra Utara. Sementara Joko Driyono sebagai pengganti sementara pun tersandung masalah yang nggak lagi bisa dibilang rahasia.

Kerja Keras Sang Sekjen

Gadis cantik ini adalah otak di balik perjuangan menggolkan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U20. Ada yang belum tahu namanya?

Sejak lama saya terpukau dengan sosoknya. Sementara ia, di kalangan pers, sudah terkenal lebih mencintai bola daripada segalanya. Dia benar-benar total, tak terkecuali sepanjang proses bidding agar Indonesia terpilih jadi tuan rumah Piala Dunia U20.

Ratu Tisha Destria, Sekjen PSSI, banyak bercerita kepada pers tentang jalan panjang hingga Indonesia bisa dipercaya FIFA, meskipun PSSI sempat mengalami gonjang-ganjing. Ia memilih tetap bekerja keras, walaupun dagdigdug, terutama saat FIFA melakukan inspeksi.

Bagaimana tidak, dari 10 stadion diajukan ke FIFA dalam proses bidding, lembaga sepak bola dunia itu meninjau secara acak lima stadion di antaranya. Dari Stadion Pakansari di Bogor sampai dengan Stadion Gelora Bung Karno jadi sasaran FIFA. Bagaimana nggak degdegan, karena FIFA terkenal ketat dan bisa dibilang sangat cerewet.

Syukurnya, misalnya, dalam proses peninjauan kelayakan stadion saja, pihak FIFA sampai mendatangi hingga ke Stadion Manahan Solo dan Mandala Krida Yogyakarta, tak terkecuali Stadion I Wayan Dipta, Bali.

Sebagai catatan, di luar stadion-stadion itu, Sekjen PSSI juga rupanya menjadikan lima stadion lain dalam bidding itu. Patriot Candrabhaga Kota Bekasi, Wibawa Mukti Kab. Bekasi, Si Jalak Harupat Kab. Bandung, Gelora Bung Tomo Surabaya, dan Gelora Sriwijaya Palembang.

Namun, pihak FIFA yang melakukan peninjauan pada September lalu itu memilih secara acak lima stadion. Coba kalau saja dari peninjauan ini saja FIFA kecewa, dan tetap memasang wajah angkuh, dan PSSI gagal tundukkan mereka, takkan ada cerita ini.

Ia terendus kalangan pers terlihat bergerilya dan bekerja keras menemui hingga kepala daerah agar lapangan latihan di berbagai stadion dapat dipastikan siap. Bahkan, Presiden Jokowi pun turut mendukung anak-anak muda ini, termasuk menandatangani dokumen yang memastikan upgrade lapangan latihan.

Tidak gampang perjuangan kalangan muda ini mengangkat moral sepak bola Indonesia. Kesuksesan mereka menjadikan Indonesia tuan rumah Piala Dunia U20 memberi sinyal lain: sepak bola lebih hidup di tangan anak muda. Setuju?

Zulfikar Akbar