Nama berikutnya ialah Ahok. Oktober 2021, elektabilitasnya naik ke 4,5 persen dari 3,1 persen di April 2021. Kiprahnya di Pertamina memang menarik perhatian. Satu-satunya yang bakal menjadi penghalangnya ialah mesiu agama. Sepertinya Ahok hanya akan memantau, ia tak ingin berada di putaran race.
Di aras pemerintah, bila Mahfud MD maju, Opung Luhut akan tersenyum. Mahfud MD berelektabilitas 0,9 persen pada April 2021 dan 1,2 persen pada Oktober 2021, selisih yang tak signifikan. Ia mulai dilupakan, kecuali bila ia mengeluarkan satu aturan hukum yang benar-benar membunuh koruptor.
Sedang yang terakhir, si Gatot, akan tetap gagal total. Beberapa manuvernya terlalu unik, selayaknya pemain amatir politik. Lihatlah nanti di sepuluh bulan terakhir jelang pilpres. Ide Gatot masih sebatas niskala belaka.
Jadi, siapa calon presiden pilihanmu? Jenggala dan jumantara Indonesia akan menjadi saksi pertarungan nama-nama lain yang mencoba mencari narasi sendiri. “Durian” mungkin masih menguber-uber Cak Imin, sementara PLTU Riau masih membayangi Airlangga.
PKB masih harus berbenah, meskipun elektabilitas partainya bagus. Golkar tak mau menjadi yang utama. Bukankah Golkar senang di zona nyaman dalam buaian karpet merah pemerintah?
Keduanya, PKB dan Golkar, sedang saling menjajaki, layaknya menyemai cinta di ujung swastamita.
Semoga wajah bestari dan meraki, yang melahirkan arunika, menghiasi sejarah Indonesia setelah Jokowi.
Baca juga:
- Perbandingan Elektabilitas Capres Jelang Pilpres 2014 dan 2024
- Beda Tipis, Elektabilitas Ganjar Buntuti Prabowo sebagai Capres 2024
- Degil Tuntutan 12 Tahun Penjara Bharada Richard Eliezer - 29 Januari 2023
- Manusia - 25 Januari 2023
- Adu Pintar Fadli Zon - 10 September 2022