Muslihat ‘setan pikiran’ merasuk dalam sukma di balik penampilan tubuh sosok pria. Dunia yang membawanya ke bisikan menggoda telah meruntuhkan tanda keilahian. Namun demikian, kematian manusia yang bisa mengakhiri kehidupan seksual. Kebenaran seks yang dianugerahkan pada setiap orang sebagai tanda kuasa Ilahi tiba-tiba memasuki kegelapan.
Tumpahan cahaya ilahi dilengahkan oleh nafsu berahi yang tidak terkontrol berganti menjadi sosok bayangan monster nyata menyelinap dalam pikiran. Kita kehilangan dimensi ruhani. Kebenaran seks tidak melulu dari unsur badaniah.
Godaan adalah telikung yang mengaburkan kebenaran seks, membuat tarik-menarik dengan pikiran dalam kenyataan bahwa seseorang mengidentifikasi dirinya melalui pilihan.
Dalam kaitannya dengan batalnya pencabutan izin operasional pondok pesantren (Ponpes) Shiddiqiyyah karena alasan ditujukan pada pria penggoda, sosok tersangka kasus pencabulan sudah menyerahkan ke pihak berwajib. Pencabulan datang dari godaan.
Selain itu, dari pemerintah menunjukkan alasan yang bersifat individual sebagai oknum, bukan bersifat institusional. Sehingga ketidakterlibatan institusi dilapisi alasan agar para santri bisa kembali belajar dengan aman dan terkendali. (kompas, 2022/07/12)
Setiap institusi pendidikan keagamaan menempatkan tantangan berada dalam lingkaran pengetahuan, nafsu, dan godaan. Secara umum, Ponpes tersebut dibatalkan pencabutan izin operasionalnya karena ada kaitannya dengan bahasa, disiplin ilmu, kharisma, tradisi, dan seks.
Tetapi, di atas pelarangan atas nafsu berahi yang bejat berupa pencabulan dan penyimpangan seks berlawanan dengan pelanggaran hukum dan agama yang diterapkan oleh negara dan Ponpes tersebut.
Hukum yang dibentuk oleh negara menetapkan garis tertentu, Ponpes menanamkan dan menumbuhkan agama sebagai disiplin ilmu dan bahasa atau jalan untuk menempatkan kebenaran seks sesuai tingkat pemahaman para santri. Para mursyid memiliki hubungan dialogis dengan murid, yang mengubah jalinan kaku dari dominasi dan terpusat.
Hukum dan agama masing-masing memilki logika yang berbeda. Meskipun berbeda cara dan pendekatannya, hukum dan agama berpotensi untuk dilanggar.
Batalnya pencabutan izin operasional dari Ponpes Shiddiqiyyah, Jombang Jawa Timur (sudah terang-terangan menyebut tempat kejadian perkaranya) juga demi hukum. Disebutkan sebelumnya oleh pemerintah bahwa ia bukan jenis kasus institusional, melainkan kasus yang melibatkan sosok pria sebagai oknum.
Kita bisa membayangkan arah peristiwa dan kemana kasus pencabulan dan perundungan terhadap santriwati yang dilakukan oleh sosok pria normal diselesaikan secara hukum. Hanya satu tersangka; ia bukan berarti bisa digeneralisasi begitu saja sebagai satu pelanggaran.
Paling penting, bagaimana sosok pria tersangka diperhadapkan dengan proses hukum, yang ditangani oleh aparat yang berwewenang. Menyangkut sebuah pelanggaran agama atas kasus pencabulan tentu memiliki perspektif lain.
Keterlibatan hukum negara dan prinsip agama yang dibangun oleh Ponpes tersebut bukan hanya mendapatkan pemahaman tentang ketaatan dan jalan keselamatan. Tetapi juga, momen godaan dan nafsu, jeda godaan dan nafsu, resiko godaan dan nafsu, dan ketidakberuntungan godaan dan nafsu terutama dari si durjana.
Ponpes tersebut nampaknya menggambarkan seks menurut diskursus agama yang agak tersembunyi. Setiap orang akan digoda oleh seks, dari ketaatan hingga pelanggaran norma.
Di luar manusia atau pria hidung belang, di manakah godaan dan nafsu berahi bercokol? Apakah nafsu yang berujung pada pencabulan hanya diperankan oleh pria secara individual?
Jika godaan tidak pernah menjadi keluaran daya pikat badaniah. Sebuah telikung, Ponpes tidak harus bersentuhan dengan godaan dan bayang-bayang hukum. Ponpes menghasilkan pelanggaran samar-samar atau bebas dari godaan? Ia menghasilkan pelanggaran samar-samar atau bebas dari godaan?
Tubuh bukan lagi untuk dimiliki; tubuh sebagai anugerah perlu disayangi dan dilindungi lantaran nilai tanda berharga. Lihatlah tubuhku! Anda tidak bebas lagi menjamaku! Akhirnya, karena izin dicabut, maka ACT membuatnya loyo. Ponpes Shiddiqiyyah kembali berdiri tegak. Godaan dan nafsu pun melintasi tubuh.
- Kesantunan Politik, dari Teks ke Panggilan - 8 Agustus 2022
- Si Penggoda, Nafsu, dan Tubuhku - 21 Juli 2022
- Satu Gurauan Politik dan Suguhan Metafora Bakal Terjadi di 2024 - 7 Juli 2022