SOPIA, Sosialisasi Politik Pemuda Indonesia

SOPIA, Sosialisasi Politik Pemuda Indonesia
Ilustrasi by Azwan

Program SOPIA ini adalah program yang bekerja sama antara DPR RI, DPD, dan para duta atau pemuda sebagai upaya menyosialiasikan politik secara universal.

Di era globalisasi, politik merupakan hal yang melekat pada lingkungan hidup manusia. Politik hadir di mana-mana, di sekitar kita. Sadar atau tidak, mau atau tidak, politik ikut memengaruhi kehidupan manusia, baik secara individual maupun sebagai bagian dari kelompok masyarakat.

Politik mengalami prespektif yang sering bertentangan dengan pelaku politik dan penerima politik. Di kalangan masyarakat, sering munculnya kesalahan dalam mengartikan politik sehingga timbulnya ketidakpercayaan dan hadirnya kebencian terhadap pelaku politik. Begitu sebaliknya, di mana pelaku politik masih bertentangan dengan tujuan dari politik sendiri. Sehingga menimbulkan suatu kebencian rakyat terhadap pelaku politik.

Pandangan klasik dari filsuf Aristoteles dalam buku (Surbakti, R. 2010) politik sebagai suatu asosiasi warga negara yang berfungsi membicarakan dan menyelenggarakan perihal kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat. Filsuf ini membedakan antara urusan-urusan kebaikan bersama dan urusan yang menyangkut kepentingan individual atau kelompok masyarakat.

Sejalan menurut filsuf di atas dapat juga politik dilihat secara hakikat. Secara hakikat politik adalah power atau kekuasaan. Tetapi tidak semua kekuasaan adalah kekuasaan politik.

Kekuasaan politik pada hakikatnya ada pada proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Keputusan politik selalu menyangkut kepentingan politik karena keputusan politik secara umum mencakup dua hal, yaitu program-program perilaku untuk mencapai tujuan masyarakat-negara (Kebijakan Umum), dan orang-orang yang akan menyelenggarakan kebijakan umum (Surbakti, 1992: 190) dalam buku Cholisin & Nasiwan. 2012.

Artinya, politik adalah suatu tujuan masyarakat-negara yang berbentuk kebijakan umum untuk kebaikan bersama seperti kata filsuf Aritoteles di atas.

Siapa Pembuat Kebijakan?

Kebijakan dibuat oleh badan legislatif, pengawasan, dan anggaran. Dalam hal ini adalah DPR (Dewan perwakilan Rakyat). DPR sebagai wakil rakyat sekaligus memiliki tugas dan wewenang sebagai lembaga yang menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.

Sebagai wakil rakyat, DPR harus mampu melakukan kerjanya sebagaimana mestinya dan dapat memenuhi kebutuhan rakyat sebagai wakil rakyat. Seluruh aspirasi rakyat harus dapat dijadikan tugas yang membawa rakyat ke tujuan negara yaitu, memajukan kesejahteraan umum.

Namun, belakangan ini kepercayaan rakyat terhadap DPR sudah mulai memudar. Karena yang diharapkan tidak sesuai dengan ekspektasi rakyat. Politik pada saat dipraktikkan tidak dilaksanakan sesuai dengan sistemnya. Padahal sebelum menjadi wakil rakyat, banyak yang berlomba-lomba mengejar kursi, tetapi tidak berlomba-lomba dalam memenuhi janjinya dan tugasnya untuk rakyat.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Terjadinya ketidakpercayaan rakyat terhadap wakil rakyat adalah para oknum di dalamnya sendiri, melakukan perbuatan yang merugikan bangsa dan negara, yaitu korupsi. Salah satu contoh kasus, yaitu korupsi proyek e-KTP Setya Novanto, mantan Ketua Partai Golkar, yang saat ini memasuki ruang sidang di Gedung Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (13/12/2017).

Hal ini dikarenakan banyaknya di antara mereka menggunakan kekuasaannya sebagai keuntungan pribadi bukan sebagai kepentingan bersama. Sehingga masyarakat menjadi kehilangan kepercayaan terhadap wakil rakyat.

Di balik permasalahan ini, pemudalah yang memiliki peran sebagai agent of change, social control, dan iron stock. Pemuda dapat berperan di dalamnya. Di mana pemuda sebagai agent of change harus mampu melakukan perubahan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, melakukan pressure pada pemerintah, dan sekaligus membentuk karakter sebagai figure parlemen masa depan yang memiliki karakter rela menjadi telinga dan mata bagi pencari keadilan, pendamba kesejahteraan dan pengayom bagi masyarakat.

Sosok-sosok itu akan terlahir di kalangan anak muda yang punya integritas kuat membangun bangsa ini. Mereka punya kompetensi di bidang intelektual, tapi mereka tak apatis terhadap fenomena politik. Selain itu juga sebaliknya, para anggota legislatif dan eksekutif harus mampu melakukan perbaikan mutu dan kualitas mereka dengan pengawasan yang lebih tegas dan ketat.

Masih ingkat, kan, dengan kata Bj. Habibie, “Kalau bukan anak bangsa ini yang membangun bangsanya siapa lagi? Jangan harapkan orang lain datang membangun bangsa kita.”

Parlemen Remaja

Dalam mengembangkan bakat pemuda di Indonesia pemerintah telah melaksanakan hal tersebut, yaitu melalui kegiatan parlemen remaja, kegiatan ini sudah berlangsung sejak tahun 2007.

Program ini sangat memiliki pengaruh positif untuk kemajuan bangsa dan negara dalam mempersiapkan figure parlemen masa depan serta mengenal lebih dekat dunia politik. Mengingat pemudalah yang dapat mengubah bangsa ini di kemudian hari, karena pemuda adalah Iron stock di negara ini.

Parlemen Remaja diikuti seluruh pelajar se-Indonesia. Di mana mereka akan dibekali pengetahuan seputar  tugas, wewenang, dan fungsi DPR sebagai perwakilan rakyat.

Tak terlepas dari itu pengetahuan politik juga akan dibekali. Namun, dalam program ini masih belum efektif dan efesien, belum adanya penjelasan apa tugas mereka setelah mengikuti kegiatan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan peninjauan kembali agar kegiatan ini tidak sekadar sebuah kegiatan parlemen dan mereka tidak sekadar duta, tetapi mereka harus memiliki kontribusi sebagai duta parlemen.

Menurut saya pribadi yang telah mengikuti kegiatan parlemen, ada baiknya setelah mendapatkan bekal selama mengikuti kegiatan tersebut, duta-duta parlemen harus mempunyai program tersendiri sebagai kontribusinya. Ilmu yang mereka dapatkan tidak berhenti di mereka saja, lebih dari itu mereka harus menyosialisasikan atau melakukan aksi apa yang perlu untuk wujudkan apa yang diharapkan masyarakat dan pemerintah.

Karena tujuan utama diadakan kegiatan parlemen remaja adalah mengenalkan DPR itu seperti apa, tugas, fungsi, dan wewenangnya, serta mengembangkan dan menyiapkan para parlemen modern yang produktif di masa mendatang. Mereka juga harus menjadi social control yang cerdas dan netral. Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah tidak samar-samar lagi.

Berdasarkan permasalahan di atas, saya memberikan solusi melalui sebuah program yaitu, SOPIA (Sosialisasi Politik Pemuda Indonesia). Program ini menjadi tugas bagi para duta yang telah mengikuti parlemen remaja sebagai tugas dan tanggung jawabnya yang telah menjadi bagian dari keluarga besar parlemen.

Lebih dari itu, bagi yang bukan juga bisa bergabung di dalam SOPIA. Program SOPIA ini adalah program yang bekerja sama antara DPR RI, DPD, dan para duta atau pemuda sebagai upaya menyosialiasikan politik secara universal.

Adapun beberapa program yang ada di dalam SOPIA, yaitu;

1. Sosialisasi Merdeka untuk Indonesia

Hal pertama yang harus dilakukan pemuda adalah menyosialisasikan nilai-nilai politik yang berkembang di kehidupan masyarakat, makna politik, tujuan politik, dan kemudian lembaga legislatif.

Bersifat lebih terbuka pada masyarakat yang sama sekali belum mengetahui, bahkan yang belum paham akan politik sendiri. Orientasi metodenya dengan pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Baik secara online atau secara langsung.

2. Demokrasi Pemilu dengan tidak Menjualkan Suara

Tidak semua masyarakat tahu akan apa demokrasi sendiri. Sehingga sering terjadinya pembelian suara terhadap rakyat. Yang mereka tahu hanya memilih, padahal kemenangan seorang calon berada di tangan rakyat.

Tugas pemuda adalah menjelaskan bagaimana peran masyarakat terhadap sebuah demokrasi pada pemilu. Mengapa harus bungkam, saat mereka memang menyukai dan percaya akan visi-misi calon tersebut. Mereka harus paham bahwa uang jangan sampai membuat negara ini semakin porak-poranda. Idealismenya seorang pemuda harus mengambil peran netral dengan penguatan pemahaman pada masyarakat.

3. E-SOPIA

Pemuda harus mampu mengetahui informasi politik, baik yang terjadi di masyarakat ataupun di lembaga legislatif. Sehingga pemuda harus lebih transparan tanpa berpihak dengan saling menukar informasi politik yang lebih terbuka tanpa harus saling menutupi.

Pemuda sebagai social control harus menjadi penengah dari informasi politik yang didapatkan, memberikan informasi kepada masyarakat dengan bahasa yang muda dipahami dan sebaliknya bagi pemerintah.

Metode yang digunakan dengan cara bahasa yang mudah dipahami. Mengikuti arus perubahan zaman, sehingga memudahkan masyarakat dan pemerintah untuk saling mendapatkan informasi mengenai politik atau parlemen di Indonesia.

E-SOPIA adalah sebuah web untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi di mana pun dan kapan itu. Pemuda harus optimalkan pengaksesannya sehingga tidak ada yang harus ditutupi. Pemerintah dan masyarakat harus saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan.

4. Aksi Desa-Kota Parlemen Remaja

Aksi desa-kota alumni parlemen remaja ialah sebuah gerakan para alumni parlemen remaja dari desa ke kota. Di mana para alumni melakukan gerakan sosial, mengajar, peduli sosial,  sosialisasi ke sekolah-sekolah, forum parlemen baik bukan alumni maupun tidak, dan memperkenalkan parlemen sebagaimana seharusnya.

Karena mereka merupakan alumni parlemen, maka kemungkinan besar setelah mereka melakukan aksi sangat besar potensinya bagi masyarakat dan pemerintah untuk mempunyai hubungan yang lebih harmonis untuk saling mempercayai. Mengajak kaum muda untuk mau berpartisipasi politik dan memperkenal sosok legislatif yang didambakan. Mengembalikan identitas mahasiwa yang mencintai diskusi dan melakukan forum sebagai control sosial.

Mengkritisi adalah sebuah keharusan bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas dan perkembangan negara. Namun kritik tanpa solusi adalah hal yang tidak memiliki kebermanfaatan.

Indonesia memerlukan pemuda yang memiliki intelektual, cerdas, kreatif, mandiri, bertanggung jawab dan memliki karakter yang baik untuk mewujudkan kemajuan, pertahanan negara dan serta rakyat yang sejahtera, adil, dan makmur. Maka dari itu, bangkitlah pemuda dari kenyamanan dan kelenaanmu yang tidak hanya tahu mengkritik, tetapi berikan kritikan dan solusi untuk mewujudkan negaramu sebagai negara maju melalui karya dan aksi nyatamu.

#LombaEsaiPolitik

*Azwan Yusuf, Seorang Putra TKI. Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta prodi Ilmu Administrasi Negara.

___________________

Artikel Terkait:
Latest posts by Peserta Lomba (see all)