Standing Ovation untuk Pidato Presiden Jokowi

Standing Ovation untuk Pidato Presiden Jokowi
©Net

Kenapa pidato Presiden Jokowi terasa lebih kuat dan meyakinkan hingga dapat standing ovation dari banyak petinggi dunia di acara Annual Meetings 2018 Bali? Yuk, kiat ulas.

Pertama, Presiden Jokowi sudah lebih dulu mengawali dengan apa yang bisa ia lakukan sebagai seorang presiden, kepala negara, dan pemerintahan. Tiap gebrakannya tak hanya terpublikasikan di media dalam negeri, tetapi juga menjadi sorotan media-media luar.

Apa yang sudah ia kerjakan itu jadi lebih istimewa karena tak membuatnya goyah meskipun hantaman global menerjang, dan bencana pun mengadang. Di sini ia menunjukkan kelebihannya.

Ia juga menunjukkan konsentrasi pada apa yang bisa ia kerjakan, meskipun oposisi paling cerewet dalam sejarah Indonesia tidak pernah berhenti melecehkan dan mencibirnya. Jokowi menunjukkan bahwa ia lebih peduli apa yang bisa ia kerjakan daripada apa yang ia omongkan.

Potret dalam negeri ini, tentu saja, tak hanya jadi pengamatan masyarakat di dalam negeri. Orang-orang di luar negeri juga melihat bagaimana ia menggebrak dan mendobrak, saat lawan-lawannya hanya bisa berteriak-teriak—mungkin mereka sering nonton “Dunia Lain”?

Kedua, para petinggi negara-negara luar itu memiliki hormat yang tinggi terhadap Jokowi karena mereka juga tahu latar belakangnya.

Jokowi naik ke puncak kekuasaan setelah lebih dulu mengawali kehidupan selayaknya rakyat jelata. Ia pemimpin yang benar-benar digembleng oleh realitas sebagai rakyat jelata.

Ia menemukan bagaimana sulitnya ia di awal merintis karier sebagai tukang kayu. Ia kerap berhadapan dengan persoalan birokrasi yang lebih sering menyulitkan daripada memudahkan.

Baca juga:

Jokowi sudah lebih dulu memetakan masalah rakyat kebanyakan. Karena ia memang mengawali dari kehidupan di tengah-tengah masyarakat kebanyakan. Apa saja kesulitan sebagai rakyat jelata, terekam kuat di benaknya. Dunia juga melihat bagaimana setelah berkuasa ia melawan itu.

Ia sering menekankan prinsip bahwa birokrasi ada untuk memudahkan rakyat, bukan menyulitkan rakyat. Itu juga mengalir pada bagaimana para pejabatnya dan orang-orang sekelilingnya bekerja.

Ia menjadi pemimpin yang menumbuhkan budaya baru: kekuasaan bukan sekadar urusan menguasai, tapi juga membuktikan kekuasaan itu untuk membawa kebaikan kepada rakyat. Itu tak luput dari pengamatan petinggi negara-negara lain di dunia.

Lihatlah bagaimana ketika Presiden Jokowi berhadapan dengan para pemimpin negara lain saat acara Annual Meetings 2018 Bali. Ia menunjukkan bahasa tubuh percaya diri, dan lawan-lawan bicara menunjukkan respek tinggi terhadapnya.

Ya, banyak pejabat dunia memperlihatkan respek atau penghormatan besar terhadapnya. Karena ia lebih dulu menunjukkan apa yang dikerjakan daripada sekadar apa yang dikatakan.

Seluruh dunia pun tak menampik. Bahwa apa yang dilakukan memiliki suara lebih keras daripada sekadar kalimat apa diucapkan.

Hari ini, hal itu terbukti bagaimana para pemimpin dunia yang hadir di Annual Meetings 2018 Bali memberinya standing ovation saat ia berpidato.

Standing ovation yang diberikan pejabat dunia kepada Presiden Jokowi tentunya bukan untuk beliau saja. Itu juga penghormatan untuk Indonesia, untuk rakyat, yang berada di bawah kepemimpinannya. Ia sukses membuat negaranya bangga.

Baca juga:

Eh, ada oposisi yang masih saja menebar keluh kesah, dan masih bermain drama sebagai orang paling susah, bagaimana? Itu urusan mereka. Mereka nanti akan melihat apakah ada hasil hanya dari sekadar drama dan keluh kesah atau tidak.

Hari ini, dunia semakin melihat bahwa Indonesia punya ide-ide besar yang lahir dari pengalaman panjang dan kerja-kerja besar. Ide itu Jokowi lempar kepada dunia dan mendapatkan sambutan positif.

Winter is coming. Pertarungan sesama Great Houses terus berlangsung hingga ada satu House yang berjaya, sementara Houses lain mengalami kesulitan. “Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar, di tengah dunia yang tenggelam,” kata Presiden Jokowi.

Zulfikar Akbar