Syiar Cinta Mendialogkan Humanisme Religius dalam Bingkai Toleransi dan Cinta

Syiar Cinta Mendialogkan Humanisme Religius dalam Bingkai Toleransi dan Cinta

Syiar Cinta merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Khazanah Intelektual Muslim (KHATAM) Institute, salah satu lembaga yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Khatamun Nabiyyin Jakarta.

Acara ini telah berjalan sejak 2015, dan tahun 2024 ini telah memasuki acara Syiar Cinta yang kedelapan. Acara ini dikemas dalam bentuk webinar online melalui Zoom Meeting pada Hari Sabtu (27/01) dan dihadiri sekitar 400 peserta dari berbagai kalangan masyarakat dan instansi.

Adapun tema yang diusung adalah Sila Kedua Pancasila dalam Perspektif Agama, Humanity Religion.

“Tujuan dari diangkatnya tema ini adalah sebagai respons terhadap tragedi-tragedi kemanusiaan yang dewasa ini makin mengerikan yang terjadi di belahan dunia, salah satunya adalah penjajahan dan genosida yang terjadi di Negara Palestina,” tutur Andi Arifah Selaku direktur KHATAM Institute.

“Melalui pesan-pesan kemanusiaan yang digaungkan dalam webinar ini, diharapkan masyarakat secara luas bisa makin aware dan peduli terhadap isu-isu kemanusiaan secara global,” tambahnya.

Webinar Syiar Cinta yang kedelapan ini telah sukses menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka dari berbagai agama yang ada di Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut dihadirkan di dalam satu forum titik temu untuk bersama-sama mendialogkan isu-isu yang berkaitan dengan humanisme religius dalam bingkai toleransi dan cinta.

Tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam Webinar Syiar Cinta kali ini adalah Guru Gembul dan Ir. M. Rusli Malik mewakili tokoh Islam, Swami Anand Krisna, Ph.D mewakili tokoh Santana Dharma, RM. Dr. Antonius Benny Susetyo, S.s, M.Si, Pr mewakili tokoh Kristen, Ws. Sugiandi Surya Atmaja, S.Kom, M.Ag mewakili tokoh Khonghucu, dan Y.M. Bikkhu Dhammakaro Mahathera mewakili tokoh Buddha.

“Dialog ini bisa menjadi wadah untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar-umat beragama.”

Baca juga:

Kegiatan Syiar cinta ini dilaksakan dari pukul 08.30 hingga pukul 12.00 WIB. Acara pertama diawali dengan pembukaan oleh MC dan dilanjutkan dengan pembacaan Tilawah Al-Qur’an yang dilantunkan oleh Saudara Muhammad Akhyar dan Alif Al-Ghazali (Mahasantri Khatamun Nabiyyin).

Anwaruddin Ambary selaku Kepala Bidang Harmonisasi Umat Beragama Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) KEMENAG juga dihadirkan dalam acara ini sebagai keynote speaker mewakili H. Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama) yang berhalangan hadir. Beliau menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan Syiar Cinta ini dan juga atas program-progam keagamaan lainnya.

“Melalui forum-forum kegiatan seperti ini, akan menjadikan Indonesia tetap dalam kesatuan dalam perbedaan dengan kedamaian yang indah. Sehingga diadakannya acara ini tentu akan menjadi harapan besar, sebagai salah satu sarana dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Andi Alpi AM, Dosen Ilmu Tafsir dan Sastra Arab Khatamun Nabiyyin selaku moderator dalam webinar ini juga menegaskan bahwa acara ini adalah sebagai wadah bagi para tokoh agama untuk saling memahami antar umat beragama. Sehingga tidak terjadi lagi pertikaian-pertikaian yang disebabkan oleh kesalahpahaman terhadap agama tertentu yang bisa berujung kepada konflik sosial.

“Ruang-ruang dialog seperti ini menjadi penting demi terciptanya kerukunan dan toleransi antar-umat beragama.”

Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Swami Anand Krisna, Ph.D selaku tokoh dari Santana Dharma. Sebelumnya, moderator memulai dengan memperkenalkan Swami Anand Krisna, beliau adalah pendiri Santana Dharma yang merupakan tempat diaolog antar agama, sebagaimana Pesantren Khatamun Nabiyyin.

“Keberhasilan Khatam Institute adalah ketika dapat mengadakan sebuah kegiatan dengan menyiapkan berita-berita yang sangat dibutuhkan masyarakat, dengan adanya kegiatan ini akan membuat manusia keluar dari kebodohan,” ungkapnya.

Sebagai wakil dari Santana Dharma, ia menyampaikan juga bahwa ia tidak memihak agama mana pun, namun beliau murni menyampaikan agama adalah hal yang melekat dalam diri manusia. Oleh karena itu, ajaran-ajaran mengenai cinta itu adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari diri manusia itu sendiri, layaknya penari dengan tariannya.

Halaman selanjutnya >>>