
Kau bertanya padaku,
Apa yang ada di pikiranmu ketika membaca angka 7?
Kujawab,
Tanggal ulang tahunku
Tanggal kita jadian
Tanggal anak pertama kita sekolah
Tanggal Ibu pergi ke surga
Tanggal tsunami di kota sebelah
Tanggal kau naik jabatan
Tidak ada lagi,
Kau tambahkan
Tanggal 7 hari ini,
Tanggal aku harus pergi
Kita putus, dan
Dia serupa balita yang pergi dengan mainan barunya
Tanggal 7 bulan depan,
Anakmu akan punya Ayah baru
Aku pastikan itu!
Bintang Laut
Anisa
Putri sulung datuk pedesaan
Pecinta bulan
Buktinya, tanggal 15 di kalendernya selalu ditandai
Bersebelahan dengan tanggal 16, janji temu dengan Pluto
Asep,
Namaku
Bukan putra siapa-siapa
Buktinya, tak punya akta
Tak terdaftar dalam kartu keluarga
Anisa itu,
Akhir-akhir ini mencintai Saturnus
Tapi jatuh dan menggelinding di cincinnya
Tak ke bumi
Tak ke mana-mana
Di samudra tak tahu, di pesisir entah
Aku hanya menjelma bintang laut
Dan tak berjumpa apa-apa
Penghuni Saku
Aku memungutnya pada malam minggu
Di teras kafe sekitar alun-alun tugu
Keadaannya mirip daun layu
Atau juga arloji kusam tak laku
Mirip aku juga setelah pukul sepuluh
Selepas tak lagi bertaut tanganku
Dengan si Ayu, putri kepala suku dusun duku
Yang pergi jauh dengan CEO pabrik tebu
Aku yang patah ingin sesegera mungkin lupa
Pasal kenangan yang sia-sia
Aku tak boleh berdarah-darah
Percaya tak ada kerennya dengan manik air mata
Aku harus pulang bertemu angsa
Memberinya makan sebelum juga sengsara
Aku memulai langkah, namun kudengar suara
‘Aku orang ketiga, Cintaku tulus di sia-sia.’
Baik, ku masukkan saku dia
Menyambungkan
Sandi,
Mungkin kau akan bertanya kenapa tulisan tanganku berubah
dan balasan suratnya melambat dari waktunya
Berubah karena itu tulisan ponakanku, lama karna sulit untuk membujuknya
Aku harus meminta tolong setelah ku coba sendiri bermiliar kali dan gagal,
Karna jemariku ditelan hukum suka manisan
Hari itu Sandi,
Menjadi hari terakhir kau baca surat yang kulayangkan
Hari besok boleh jadi kau tak bisa dengar suaraku lagi
Karena bibirku mulai digerogoti
Oleh anak buah pasukan di awal
Senyum ranum yang kau rindukan, takkan bisa lagi kau pandang
Jadi Sandi, jangan bilang masih mencintai
Tut…tut…tut…
Nomor yang Anda tuju tidak menjawab,…
Sederatan Kata Kunci
Kepada gadis yang berjalan di depan sana
Ada yang ingin aku katakan,
Sederatan kata kunci
Baik aku mulai
Kotak musik warna pink
Bunga lily biru
Jaket denim
Es cappuccino cincau tanpa cincau
Hantu pesimpangan
Ibunda
Ayanda
Burung gereja
Selanjutnya aku minta tolong kau lanjutkan
Aku tahu kau keberatan
Tapi mengertilah jika memulainya sudah cukup berat
Penuh keberanian di belakang
Tanganmu yang tergenggam
Tangan lelaki itu
Di depanmu, anak kecil yang belum sempat aku kenal
Ayolah, lihat aku,
Supaya ini tak hanya suara hati
Probolinggo, Juli-Desember 2021
- Tanggal 7 - 25 Januari 2022
- Cerita dari Warung Mak Icih - 19 Desember 2021