
Jariku mungkin pernah tak mampu
Hingga membiarkanmu terpisah di antara waktu
Menatap langit di atas tanah yang asing
Pernah aku ditemani kesepian
Kesendirian yang menyiksa
Tetesan air mata yang tak berhenti
Biarlah kenangan menangisi dirinya sendiri
Terkadang perlu berhenti sejenak
Waktu yang membebaskan dari segala kenangan
Takkan ada sedih yang takkan berujung
Gelak tawa yang akan terkumpul dalam periode waktu
Akan terus hidup di dalam diriku
Hari ini kubuka ruang rindu
Kudengar langkah kaki musim semi
Senyum yang kau hantarkan
Ahhh.. Kii semua itu milikku
Kau lengkapiku dengan hadirmu
Kau indahkanku dengan tawamu
Takkan hati bersedih bila bersama
Kan kuciptakan yang terindah
Hanya untukmu
Aku Menunggumu di Persimpangan Kiri Jalan, Tanpa Suara
Pada dentang lonceng waktu
Bukan angka yang meneteskan
Detik dan menit di atas meja kopi
Menunggu hari-hari panjang menuju revolusi
Telah kutatap ke sana kemari
Tak ada melambai dan senyum yang kekal
Ketika ku hafal wajah-wajahmu
Berjalan hanya mencipta bayang-bayang
Di antara bulu mata
Biarkan waktu tak seulas dengan senyummu hari ini
Menunggu di persimpangan jalan
Kan kunikmati cintamu dalam sunyi
Ketika berjalan menjahui resah dalam dada
Dan bayang-bayang membuktikan rasa
Hingga kurasa memuja dalam cinta
Aku
Namaku adalah aku.
Aku yang merujuk pada aku.
Aku terlahir menjadi aku.
Aku bukanlah kamu ataupun mereka.
Aku tetap menjadi aku.
Akupun mulai mencari siapakah aku ini.
Namun aku tidak menemukan jawaban siapakah aku.
Aku terdiam kebingungan.
Bingung karena tidak bisa menemukan siapakah Aku.
- Ketika Para Seniman Masuk dalam Panggung Politik - 28 Juni 2023
- Tentang si Enu dari Kutub Utara - 2 Februari 2023
- Kata Hati - 22 Januari 2023