Tidak banyak media yang punya komitmen mewartakan kasus tentang isu tertentu secara apa adanya. Jika bukan seringnya kendala itu datang dari Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), misalnya, sudah pasti sumbernya berasal dari keberpihakan.
Menemukan media-media yang demikian, berarti Anda hanya akan mendapati konten-konten yang bias. Isi atau pesan-pesan yang dikandungnya penuh “arahan”—semacam kampanye untuk tujuan tertentu; jangka pendek. Itu karena dasarnya adalah “sesuai pesanan”.
Lalu apa yang bisa Anda harapkan dari media-media seperti itu? Tidak ada! Kecuali jika Anda memang seorang penggemar situs abal-abal, pencinta media yang sekadar memuat konten asal-asalan, situs-situs yang semacam itu pas bagi Anda.
Untuk Anda yang memilih atau sedang mencari media di luar yang mainstream seperti di atas, Nalar Politik bisa jadi jawaban. Kami lahir dan mendedikasikan platform ini sebagai portal alternatif.
Sebagai anak kandung media sosial, Nalar Politik hadir guna merespons segala soal. Kami merangkum berbagai ide/gagasan tentang politik. Kami memuat narasi-narasi kontekstual dan inspiratif.
Siapa saja bisa menjadi kontributor atau penulis di Nalar Politik. Pedoman umumnya bisa Anda baca melalui laman berikut ini: Ketentuan Menulis.
Dan yang utama, Nalar Politik senantiasa akan bergerak dengan bebas. Ini sebuah inisiatif merawat dan mengembangkan tradisi literasi dari dan untuk Indonesia.





