
Nalar Politik – Entah apa maksud dari istilah similikiti yang Saidiman Ahmad kicaukan di akun Twitter-nya. Yang jelas, istilah itu bukan merujuk ke istri Tukul Arwana, Susi Similikiti, melainkan respons atas orang-orang yang gemar sekali teriak anti-impor tetapi menggunakan barang-barang impor sebagai mediumnya.
“Orang-orang ini semangat banget anti-impor. Padahal di sekujur tubuhnya impor semua. Tereak-tereak (teriak) anti-impor di gadget dan media sosial impor. Keyakinan agamanya pun impor. Apa itu namanya kalau bukan similikiti?” tulis Saidiman.
Sebelumnya, pengamat politik dari SMRC ini juga melontarkan hal senada di akun Facebook-nya. Di sana ia lagi-lagi tak bisa memahami maksud orang-orang yang mempermasalahkan kebijakan impor.
“Anti-impor, tapi mulai dari colokan, WiFi, charger, HP, dan agama yang dipakai barang impor semua. Maksudnya apa orang-orang ini? Kalau harus, ya imporlah. Emang kamu bisa berdoa lalu tiba-tiba stok komoditas dalam negeri nambah sendiri?”
Jelas bagi Saidiman, impor ini sebenarnya persoalan sederhana saja. Kalau Anda tidak bisa produksi sendiri kebutuhanmu, misalnya, dan memang tidak harus produksi sendiri, tulis Saidiman, maka jalan satu-satunya adalah membeli dari orang atau pihak lain.
“Orang lain itu bisa berarti tetangga, luar daerah, atau dari luar negeri. Senyamannya saja. Ini perdagangan biasa.”
Lagi pula, lanjut Saidiman, apa yang kini pemerintah lakukan, membuka kran impor, toh tidak harus pemerintah sendiri yang berdagang.
“Yang berjalan adalah logika perdagangan. Orang akan melakukannya kalau memang harus. Logika untuk-rugi biasa. Di mana-mana begitu.”
“Harga-harga naik, marah. Impor biar harga stabil, marah juga. Lalu apa?” pungkas Saidiman.
- Figur Presiden Lebih Kuat daripada Partai Politik - 8 September 2023
- Rakyat Indonesia Menolak MPR Jadi Lembaga Tertinggi Negara - 27 Agustus 2023
- Tren Dukungan Bakal Calon Presiden 2024 - 25 Agustus 2023