Terungkapnya sindikat Saracen menjadi satu fakta nyata bahwa memang ada industri penyebar benci.
Nalar Politik – Moralitas masyarakat kita tampaknya semakin mundur; nyaris berada di titik nadir. Hal tersebut tampak bagaimana ujaran kebencian (hate speech), berita bohong (hoax) hingga fitnah terus diproduksi, dikomoditaskan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Lebih hebatnya lagi, industri penyebar benci tersebut melibatkan para pemodal yang memang mau membayar mahal untuk itu. Terungkapnya sindikat Saracen menjadi satu fakta nyata bahwa memang ada industri penyebar benci.
Tentu kita berharap, terungkapnya Saracen semestinya membukakan mata masyarakat kita, terutama bagi mereka yang kerap mudah terbakar oleh isu SARA. Mereka harus sadar bahwa kebencian adalah tindakan yang sengaja dilahirkan sehingga bisa sedikit kritis dalam menyikapinya, bukan ikutan-ikutan memproduksi hal yang sama.
Sebagaimana ditulis dalam editorial Media Indonesia (25/8), kasus Saracen ini membuktikan bahwa konflik antarmanusia (umat beragama) bisa jadi bukan karena diversitas budaya atau salah dalam memaknai kebebasan, melainkan sebab diproduksi dan diorkestrasikan political entrepreneur untuk tujuan kekuasaan.
Ya, sindikat Saracen diungkap pada Rabu (23/8). Ini disampaikan langsung oleh Kepala Subbagian Operasi Satgas Patroli Siber Direktorat Tindak Pindana Siber Polri AKB Susatyo Purnomo di Markas Besar Polri.
Tiga tersangka di antaranya sudah tertangkap di mana mereka berposisi sebagai sentral dalam sistem kerja Saracen. Mereka adalah JAS (ketua Saracen), MFT (ketua bidang media informasi), dan SRN (koordinator wilayah di Cinajur, Jabar, dan sekitarnya.
Diketahui, sindikat penyebar benci ini sudah beroperasi sejak 2015. Bahkan sudah memiliki ratusan ribu akun bodong di media sosial.
Lihat juga: Demi Uang, Buzzer Saracen Tebar Hate Speech Bernuansa SARA ke Media Sosial
Lewat pengetahuan teknologi informasi yang sindikat ini kuasai, Saracen pun bergerilya bak gurita. Konten-konten kebencian diproduksi terus-menerus, diorganisasikan secara rapi dan masif.
Ibarat pasar, sebagaimana penilaian kepolisian, sindikat ini terus bertukar ujaran kebencian. Semua aksinya bukan semata karena ideologi, melainkan demi uang, materi.
Bahkan, tarif yang mereka pasang untuk jasa kebencian seperti ini, berkisar antara 75 sampai 100 juta. Angka yang fantastis, yang itu justru menunjukkan bahwa pemesannya adalah juga orang-orang berduit yang fantantis.
Jika berkaca pada yang telah terungkap di negara maju, seperti Amerika Serikat, industri SARA seperti ini kerap melibatkan politikus atau kelompok politik. Apa lagi kalau bukan bertujuan demi meraup kekuasaan.
Maka terang, pengungkapan sindikat ini sama artinya dengan pengungkapan para pengkhianat bangsa. Sebab, hanya pengkhianat bangsalah yang rela mengadu-domba masyarakat demi kepentingan pribadi dan golongan.
___________________
Artikel Terkait:
- SMRC: Kinerja Presiden Jokowi dan Calon Presiden 2024 - 28 Maret 2023
- Ganjar Pranowo Unggul di Internet dan Media Sosial - 4 Maret 2023
- Orang NU Lebih Pilih Ganjar yang Nasionalis daripada Anies yang Islamis - 2 Maret 2023