Tiba-Tiba Gibran “Java in Paris”

Tiba-Tiba Gibran "Java in Paris"
©Detik

Nalar WargaThe History of Java, dari buku itu mereka mengenal kita. Seperti dongeng, cerita itu dikabarkan dan terus diceritakan dengan nada penuh rasa takjub. Sebuah negeri dengan masyarakatnya yang sama sekali tak pernah mereka sangka ada.

Tak lama setelah Thomas Stamford Raffles meneliti peninggalan-peninggalan kuno seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, serta-merta rasa tak percayanya berubah menjadi rasa kagum. “Sebuah karya arsitektur luar biasa hebat tak mungkin lahir dari masyarakat tak berbudaya,” demikian kira-kira nalarnya berbicara.

Premis itu dia bawa pulang dalam relung batinnya. Dan benar, setelah dia makin intens mencari, dia bertemu fakta tak bisa dimungkiri. Dia menemukan fakta dalam banyak rupa peninggalan karya sastra. Itu tentang rasa dan jiwa kala berungkap lisan dalam tulisan.

Tiba-tiba dia menemukan dirinya terkapar dalam rasa takjub tak terperi atas sebuah fenomena. Makna MUSTAHIL tak lagi relevan dibanding dengan fakta yang terpapar di depan matanya. Seperti bersaksi, dia kemudian menulis bagaimana cara bangsa itu melakukan upacara adat saat penyambutan kelahiran bayi, perkawinan, hingga upacara kematian.

Dia juga bercerita bagaimana upacara selamatan yang sering kali tersanding dengan tampilnya tarian tradisional dan pertunjukan wayang pada abad ke-19 dan sebelumnya. Bangsa yang telah membangun candi itu, pada suatu saat dulu, memang benar adalah bangsa besar.

Buku yang diterbitkan pada 1817 dan kemudian dicetak ulang pada 1965 oleh Oxford University Press di London itu telah menginspirasi masyarakat Eropa tentang budaya luhur sebuah bangsa. Tiba-tiba Gibran, tiba-tiba ada “Java In Paris!”

Anak muda Wali Kota Solo putra pertama Presiden Indonesia itu tiba-tiba terlihat hadir di pusat benua biru itu. Dia tampak sedang menyajikan keelokan budaya itu pada mereka yang selama ini hanya pernah membaca saja.

Di kota Paris, Prancis, Gibran membawa sajian berkelas terkait budaya Indonesia dengan segala keanggunannya. Bersama Anggun C Sasmi, Gibran menggebrak Paris dalam warna budaya Jawa dengan latar panggung JALANAN.

Baca juga:

Serta-merta warga kota itu terbawa dalam tawa gembira. Mereka turut bernyanyi dan menari dalam satu irama. “Java in Paris”, demikianlah tajuk acara yang sengaja digelar Walikota Solo itu dalam kerja samanya dengan KBRI Prancis pada 8-17 Juni 2022.

Sebagai Wali Kota, dia sedang mencari momentum yang baik bagi warganya, terutama UMKM Solo yang saat ini sedang bersama-sama mengobarkan semangat bangkit dari pandemi Covid-19.

Di sisi lain, dia juga memamerkan sajian budaya yang dibawanya sebagai isyarat undangan bagi warga Paris untuk berkunjung ke kota Solo, pusat budaya Jawa yang pernah mereka baca dari buku itu. Keanekaragaman budaya yang dimiliki kota Solo, seperti tarian, gamelan, dan batik itu, kini dia bawa sebagai oleh-oleh bagi warga Paris dan mereka senang.

Dulu, Raffles membawa cerita luhur tentang budaya itu dalam bentuk buku. Kini bukan cerita dan buku, Gibran membawa pertunjukan budaya itu hadir di tengah mereka. Gebrakan Gibran ini pasti akan memberi inspirasi bagi 416 Kabupaten dan 98 Kotamadya di seluruh Indonesia untuk turut serta memamerkan budaya mereka.

“Apakah itu bukan pemborosan belaka?” Begitu kata si nyinyir yang selalu senang melihat dari sisi negatifnya bila terkait anak Presiden itu.

“Kita harus bekerja sama, kemudian akan kita teliti lebih lanjut dan mengatur beberapa pertemuan untuk kemungkinan kolaborasi di masa depan dengan brand kami,” kata Secretaire General LVMH, Marc Antoine Jamet di Paris, Prancis saat bertemu dengan Gibran.

LVMH merupakan salah sebuah grup yang menaungi merek barang mewah asal Paris seperti Louis Vuitton, Dior, Sephora, Tiffany & Co., Fendi, dan lainnya.

“Est-ce que le pays d’origine d’Anggun? La culture de ce pays a l’air gracieux,” kata salah seorang warga Paris yang juga pengagum artis Anggun C Sasmi penyanyi asal Indonesia yang kini sangat terkenal di Prancis itu dalam kerumunan.

“Oalaaahh…,ini to negara asal dari mbak Anggun…njir…,ga sangka se-Anggun ini budaya mereka,” begitulah kira-kira terjemahan bebasnya.

*Leonita_Lestari

Warganet
Latest posts by Warganet (see all)