
Pernah cerita indah terbingkai dalam wajahnya
Bersama ukiran senyum tak berkesudahan pada kamar
Sebelum mimpi mendamaikan malam dengan
Tidur paling lelap.
“Nak, mimpilah dalam malam sebelum pagi mengganggumu tentang susahnya hidup”
Kata manis itu menjadi akhir dari semua ceritanya
Kini dalam kamar sepi semunya layu
Serupa bunga yang merindukan hujan
Mengering ditinggalkan embun sebelum angin menjatuhkan daunnya
Hari terus berganti, namun wajahnya belum terhapus
Sejak terakhir melihat wajahnya di depan rumah sebelum pergi
Ibu, kutitip rindu ini bersama malam
Dalam lantunan sebuah doa agar dari malamku
Aku ingin mendengarkan ceritamu lagi
Dan ingin melihat senyum di bibir tipismu
Ledalero, 2019
Wanita Itu Ibuku
Wajahnya lembut, sedap dipandang
Tapi dia tidak secantik kamboja atau mawar
Untukku kecantikannya sederhana yang tidak bisa dibahasakan dengan kata-kata
Tatapannya yang lembut memberikan kedamaian
Memberikan harapan dan sesuatu yang tidak kutahu namanya
Ya, wanita itu ibuku
Aku selalu mengenangkan perjuangannya
Yang sabar dan setia ketika aku minta diberikan susu
Ketika aku minta dibelikan mainan
Ketika aku memintanya memakai baju ke sekolah atau setelah mandi
Ya, wanita itu ibuku
Maafkan aku, Bu
Tentang air matamu karena aku
Tentang keriput wajahmu karena aku
Tapi bagimu itu hanyalah angin lalu dan tugasmu sebagai ibu
Selalu kukenang dan kuingat namamu dalam doa
Sebagai ucapan terima kasihku bahwa aku bahagia bisa jadi anakmu
Aku mencintaimu, ibu
Ledalero, 2019
Pesan buat Ibu
Ibu, aku memilih pada jalan ini
Dan itu adalah pilihan
Perih, sakit dan aku tidak kuat melaluinya
Semoga dalam doamu sisipkan namaku
Sebagai persembahanmu
Karena benar katamu
“jalan yang kau pilih tidak segampang yang kau paham, nak”
Agar pada jalan ini aku kuat melaluinya
Seperti dirimu yang bertahan dibakar terik matahari
Sebelum senja tiba mengantarmu pulang
Ledalero, 2019
- Bidadari Terakhir - 20 April 2020
- Surat Cinta untuk Adonai - 20 April 2020
- Ennu - 19 April 2020