Towaine Mandar dalam Tarian Siwaliparriq

Tarian ini makin menunjukkan konsep siwaliparriq berada pada tarian. Di mana penari laki-laki berpakaian baju putih dan celana hitam dengan memakai ikat kepala passapu seperti orang pesisir yang pergi ke laut menangkap ikan (nelayan Mandar). Dan, adanya gerakan mendayung perahu menandakan bahwa mereka pergi berlayar dengan penuh canda tawa dalam mengarungi samudra.

Adapun penari perempuan berada di belakang sambil memainkan kipas sebagai makna lambaian tangan untuk sang suami yang pergi berlayar dengan iringan lagu tenggang-tenggang lopi sebagai lagu daerah Mandar Sulawesi Barat.

Di mana kita ketahui bahwa tarian merupakan seni tubuh berdasarkan irama, gerakan dan isyarat, sehingga tarian itu sendiri memiliki lima fungsi dalam kehidupan manusia.

Tarian dapat menjadi bentuk komunikasi estetis, mengekspresikan emosi, suasana hati, atau gagasan atau mengisahkan suatu cerita. Balet merupakan contoh tarian estetis.

Tarian bisa juga bagian dari ritual dan berfungsi komunal. Di Jawa, misalnya, tarian kerasukan roh masih menjadi bagian dari kehidupan pedesaan. Masyarakat Sub-Sahara di Afrika melakukan tari topeng untuk mengusir roh jahat.

Tarian dapat menjadi sebentuk rekreasi, dan memenuhi pelbagai kebutuhan fisik, psikologis, dan soisal, atau hanya sekedar sebuah pengalaman yang sendirinya menyenangkan.

Tarian memainkan peran penting dalam fungsi sosial. Setiap masyarakat memiliki bentuk tarian karakteristik, yang berlangsung di acara-acara seremonial atau pada perkumpulan informal.

Seperti halnya makanan dan kostum tradisional, tarian membantu orang-orang dalam sebuah bangsa atau kelompok etnis untuk memahami hubungan mereka satu sama lain dan dengan leluhur mereka. Dengan menari bersama, para anggota sebuah kelompok mengekspresikan perasaan adanya identitas bersama atau keterlibatan.

Baca juga:

Tarian terutama penting selama masa pacaran. Inilah alasannya mengapa tarian sangat populer di kalangan muda. Orang menari sebagai cara menarik pasangan dengan menampilkan keindahan, keluwesan, dan vitalitas mereka.

Tarian siwaliparriq ini masuk di dalam tarian yang dapat menjadi sebentuk rekreasi, dan memenuhi pelbagai kebutuhan fisik, psikologis, dan soisal, atau hanya sekadar sebuah pengalaman yang sendirinya menyenangkan. Sehingga penonton yang menyaksikan tarian siwaliparriq waktu itu sangat terhibur dan bersorak apalagi saat nyanyaian lagu daerah tenggang-tenggang lopi.

Secara paradoks, seni dapat mencapai satu hal yang tak dapat alam capai. Seni dapat menawarkan keburukan dan keindahan sekaligus dalam objek lukisan bagus yg menggambarkan wajah yang jelek masih indah dari segi estetika.

*Ilham Mandar, Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Jurusan Manajemen Seni