
Nalar Warga – Si ahli tata kata itu membuat kejutan. Ada merdu suara dengan TUMBEN benar makna, bisa dia suarakan. Seorang PEMIMPIN haruslah seorang PEMIMPI, dia harus bisa mengubah gagasan menjadi kenyataan.
Biasanya dia tak punya mimpi apalagi imajinasi. Dia miskin akan hal itu. Dia hanya pintar merangkai kata-kata demi terdengar benar. Dan maka, semua kata-katanya HANYA suara tak berjiwa.
“Kok tumben dia terdengar imajinatif?”
TIDAK. Dia jauh dari kesan imajinatif. Dia adaptasi kalimat itu dari orang lain. Kalimat itu pernah dipakai oleh Budiman Sudjatmiko pada 2014 di Kabupaten Magelang saat sosialisasi UU Desa.
“Tapi bukankah imajinasi pak Anies menyebut huruf N dalam kata pemimpin terkait dengan pemimpi adalah orisinal miliknya?”
Itu pun daur ulang. Itu juga pernah ditulis bahkan dengan 5 penjabaran makna huruf itu pada 2020 yang lalu.
Seorang Alim Puspianto, M.Kom—Ketua SAKODA Pandu Hidayatullah Wilayah Jawa Timur pernah memaparkan makna huruf N pada pemimpi dan pemimpin itu dengan gamblang.
Penambahan huruf N dalam kata pemimpi menjadi pemimpin ternyata membawa konsekuensi pada ukuran NIAT, NALAR, NILAI, NETWORK, dan NYALI sudah pernah dibahas dengan sangat detail oleh Alim Puspianto di tulisan itu.
Baca juga:
Namun bahkan tulisan Alim Puspianto pun ternyata bukanlah yang pertama pernah muncul. Cuitan Budiman Sudjatmiko pada 25 April 2019 di akun twitternya pernah bicara itu.
“Jadi Anies cuma nyontek belaka dong?”
Anies punya NIAT jadi Presiden (pemimpin) jelas tak terbantahkan. Dia punya NETWORK agar keinginannya untuk jadi Presiden terwujud itu sangat masuk akal. Dua makna N termaksud, pantas kalau kita sebut sudah dapat dia penuhi.
Namun memenuhi semua unsur nilai bagi seorang pemimpin yang jumlahnya ada 5 itu, entar dulu. Tiga N yang lain yakni NALAR, NILAI, dan NYALI butuh bukti bukan sekadar tata kata.
Ratusan pohon raksasa di Monas hilang tapi berita yang muncul adalah untuk disehatkan terlebih dahulu, jelas TIDAK memiliki nilai NALAR. Pun NYALI dan NILAI, terlalu sulit mencari padanan pantas untuk dilekatkan pada sosok itu.
Bernyali adalah tak tunduk apalagi takut saat tiba-tiba sebuah kekuatan sangat besar yang bahkan jauh lebih besar dari miliknya menghantam. Pak Jokowi punya kisah itu, NIKEL dan barang tambang yang lain. Jangankan tunduk, beliau justru melawan meski Uni Eropa adalah lawannya.
Memiliki NYALI demi mengejar NILAI apalagi hakiki sebuah paradigma untuk sebuah masyarakat pernah dilakukan oleh Budiman. Dia BERNYALI saat harus melawan sosok mustahil. Dan itu demi NILAI hakiki, yakni kebebasan.
Kita bebas bicara, kita bebas untuk dapat memilih siapa Presiden kita hari ini tak mungkin terjadi tanpa peran orang-orang BERNYALI. Dan itu demi sebuah NILAI. Itu telah dan PASTI karena sebab reformasi. Komponen ‘98 punya kisah itu.
Baca juga:
“Terus maksud Anies memakai narasi itu untuk apa?”
Itulah makanya @Pinterpolitik telah membuat prediksi, Budiman Sudjatmiko akan mengalahkan Anies.
Anies, jangankan pintar, dia justru blunder dan bingung sendiri. Dia minder dan maka tanpa sengaja justru meng-endors Budiman.
“Jadi?”
Transformasi sedang terjadi. Perubahan dari sosok pandai olah kata dan konon telah membuatnya tenar, kini mengalami perubahan. Menyadur demi terlihat pintar, makna CETAR pun ingin diraih.
Tapi itu bukan hal baik, sekaligus juga bukan kebiasaan yang patut untuk diteruskan. Jangan ditiru.
- Murid Budiman - 1 September 2023
- Budiman Sudjatmiko, Dia Pasti Adalah Siapa-Siapa - 30 Agustus 2023
- Mereka Lupa Siapa Budiman - 28 Agustus 2023