Tuan Presiden, Mainanku Turut Berdarah

Tuan Presiden, Mainanku Turut Berdarah
©YouTube/Zain

Tuan Presiden, aku tak bisa tidur
Tiap kupejam mata, kudengar ledakan
Kasurku terbakar oleh api dan asap
Ketakutanku keluar dari sarangnya
Lagu jadi tangisan
Mainanku turut berdarah
Tuan Presiden, mainanku turut berdarah

Demikian sepenggal lirik yang disyairkan seorang bocah lelaki. Ia gambarkan betapa suram tanah lahirnya akibat perang pertumpahan darah. Ia menangis, meminta kepada para pemimpin dunia untuk segera menyudahi kecamuk perang. Sebab perang hanya menyisakan duka tiada hingga, yang ia ilustrasikan: mainanku turut berdarah.

Syair tersebut merupakan iklan Ramadan terbaru dari perusahaan telekomunikasi asal Kuwait bernama Zain. Seperti terlihat, iklan itu tertuju kepada para pemimpin dunia, terutama negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tampak dalam iklan itu Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ada pula Presiden Rusia Vladimir Putin, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kanselir Jerman Angela Merkel, serta Presiden Prancis Emmanuel Macron. Tentu saja, sosok-sosok pemimpin dunia ini hanyalah rekaan—para aktor yang memerankanya memang punya kemiripan luar biasa dengan mereka.

Ada banyak adegan yang ia tunjukkan di dalamnya, yang semuanya sarat makna akan perdamaian. Pemeran utamanya, sang bocah lelaki, mengawali dengan mengajak Trump bersantap buka bersama di rumahnya yang kini hancur lebur akibat perang.

Tuan Presiden, ini Ramadan mulia
Aku mengundangmu santap buka bersamaku
Kau kan dapati rumahku telah hancur
Dan ibuku baru pulang dari antrean
Dengan roti dan hati yang hancur

Lalu ia gandeng tangan Putin untuk melihat masjid dan gereja yang berjejer damai. Ia tunjukkan bagaimana tanah lahirnya begitu menjunjung tinggi prinsip-prinsip toleransi, tetapi kini terdera konflik tak berkesudahan.

Azan masjid pun berkumandang
Lonceng gereja berbunyi
Hidup bersama karena Allah
Pintu-pintu tanpa penjaga

Baca juga:

Merkel dan Macron, dalam adegannya, tampak turut membantu para pengungsi ke negara-negara Eropa. Sementara Kim Jong-un, sayup matanya berkaca-kaca melihat si bocah lelaki meratapi ruang hidupnya yang hangus terbakar.

Tampak pula para pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari konflik di Myanmar. Dan, secara umum, konflik yang tampil adalah apa yang kini mendera negara-negara Islam.

Tuan Presiden, kami jadi pelarian
Kami jadi pengasingan
Jadi buron kriminal
Kami jadi tersangka karena iman dan ibadah kami

Kami divonis hukuman mati di gantungan
oleh mereka yang membungkam lidah kami
karena syahadat iman yang terucapkan

Meski sarat makna akan perdamaian, iklan Ramadan ini tetap menuai pro-kontra. Ada banyak yang memujinya sebagai salah satu iklan terbaik.

Tetapi, tak sedikit pula yang menilainya sebagai iklan politis berkedok isu perdamaian.

Entahlah. Satu yang jelas, para pemimpin dunia harus kembali berpikir ke arah perdamaian. Bahwa perang dan kehancuran hanya akan menyisakan duka. Imbasnya, tentu saja, menghantam siapa dan apa saja, seperti diilustrasikan bocah lelaki itu: mainanku turut berdarah.

Tuan-tuan presiden, sudah saatnyalah memikirkan perdamaian dunia. Sebagaimana sabda Buddha: yang lebih baik dari seribu omong kosong adalah satu kata yang membawa perdamaian.