Setiap hari, setiap pergantian cuaca, bulan, tahun selalu saja sama. Hari-hariku tak terlalu menyenangkan, tuan-tuan. Aku tak dapat menjadi pembeda dari manusia-manusia lain di bumi ini.
Hari-hariku selalu buruk dengan berbagai aktivitas yang membosankan. Banyak dari mereka yang mengurungku dengan pujian, juga tidak jarang dari mereka merendahkanku melalui gosip dan hinaan.
“Kamu selalu rapi dalam mengerjakan sesuatu,” kata mereka sambil merekahkan senyum.
Aku kadang berpikir seperti yang kusampaikan sebelumnya, pujian itu ibarat pil ekstasi, membuatmu lupa dan akan segera mengerjakan apa saja yang orang yang memujimu katakan. Ya, pikiran yang buruk dan aku selalu mempertahankan itu.
Siapa yang akan tersinggung? Siapa saja akan tersinggung dengan kata-kataku. Kasarnya, aku menolak untuk dipuji bahkan diberikan pilihan.
“Ah, dia itu memang manusia yang tak punya prinsip dan bakat. Siapa yang akan peduli dengan manusia yang seperti itu?” serunya ketika aku tak ada di sekitar mereka.
Cemoohan, aku lebih suka mendengar itu. Tidak ada kemunafikan, tidak ada kebohongan. Cemoohan dari seorang teman merupakan langkah awal mengevaluasi diri, merefleksikan masa depan.
Bila berkenan, aku ingin mengatakan pada tuan-tuan, jauhi teman yang suka memujimu. Karena dalam niatnya yang terdalam, dia berusaha mengontrol pikiranmu. Sangat buruk, bukan?
Baca juga:
Jangan salah paham, aku tidak sedang menganjurkan kebencian, namun bagiku tuan-tuan jika tidak mampu mencintai, maka membencilah sebagai tanda bahwa kalian adalah manusia. Pikirkanlah itu baik-baik, karena emosilah yang membuat kita sebagai manusia.
Barang tentu sudah banyak yang mengatakan ini, dari zaman filsafat muncul pun para filosof sudah memikirkan tentang emosi manusia. Baik dan tidaknya, merugikan atau menguntungkan, semua itu mengantaran pada sebutan paripurna bahwa tuan-tuan adalah manusia.
Tuan-tuan, meski Anda manusia, Anda tidak dapat mencintai dan membenci dalam satu waktu sekaligus, meski pada objek yang berbeda. Ketika Anda mencintai seorang wanita atau karier Anda, yang teringat hanyalah masa depan yang cerah, menyambutnya dengan senyum.
Aku yakin Anda akan benar-benar menikmatinya. Sehingga apa pun yang Anda benci akan terlupakan begitu saja.
Sebaliknya, jika tuan-tuan berhadapan dengan sesuatu yang kalian benci, yang ada dalam bayangan Anda hanyalah kemuraman, kejengkelan. Bahkan kadang-kadang Anda ingin melenyapkan objek yang Anda benci itu dari dunia ini, sehingga perasan kasih sayang atau cinta dalam diri Anda tidak dapat Anda rasakan sama sekali. Ajaib, bukan?
Jika tuan-tuan tidak percaya, silakan pikirkan atau pejamkan mata sejenak.
Namun, justru yang paling fatal bagi kita sebagai manusia adalah tidak dapat merasakan cinta dan kebencian. Kebencian adalah pintu kasih sayang dan kasih sayang merupakan jalan menuju kebahagiaan.
Ya, tuan-tuan, kita tidak sedang mencari cinta atau kebencian. Yang sebenarnya kita rindukan adalah perasaan bahagia untuk diri kita sendiri.
Halaman selanjutnya >>>
- Moralis atau Pejuang Kemanusiaan? Politik Tak Butuh Itu - 6 Oktober 2019
- Tuan-Tuan Pengejek - 24 September 2019
- Bait Rindu untuk Aprilia - 2 September 2019