Bum….!!! Seketika suara ledakan pecah di keramaian. Para pejalan kaki dan pejoging berlarian di trotoar, di antaranya membentur tembok alun-alun kota. Ibu-ibu panik mencari anaknya, tangis dan teriakan saling menyahut.
Di samping kiri jalan, darah dan serpihan daging berceceran seperti sayatan ikan tuna hangus dengan taburan saos yang tertumpah. Laki-laki paru baya itu masih duduk menutup telinganya dengan wajah ketakutan. Para pedagang kaki lima masih bersembunyi di balik dagangannya.
Sedang jarum jam tak berhenti berdetak, hingga waktu telah menujukkan 17.50. Pada menit kesekian rombongan polisi lengkap dengan senjata gagah berani berlari menuju TKP. Seolah membuat ingatan terlempar pada polisi-polisi India dalam serial film bollywood.
“Itu teroris!” teriak punggawa komando polisi melalui corong pengeras suara.
“Semua diharap tenang, kami akan mengevakuasi seluruh pengguna jalan. Diharap agar semuanya duduk,” sambungnya dengan tegas.
Awak media berbondong-bondong menyerbu TKP. Malah ada media internasional ikut meliputnya.
“Berita terkini, telah terjadi peristiwa ledakan yang menewaskan satu orang. Menurut keterangan Polisi Kota Tuli, diduga bom bunuh diri ini dilakukan agen ISIS yang telah lama berkamuflase.”
Langit masih dibumbungi gumpalan tangisan dan ketakutan. Cahaya senja merambat pelan, seolah tak peduli urusan manusia. Ia selalu menawan dengan cahaya keemasan merambah dan memeluk awan. Satu pun tak ada yang meliriknya.
Baca juga:
Walau senja tersenyum, suasana tetap mencekam, ditambah dengan iringan suara masjid dan sirenai ambulans berpadu menjadi suara bising yang membuat telinga pekak.
Serpihan ledakan dibersihkan oleh tim investigasi dan akan diolah, esoknya kita akan menanti kejelasan identitas pelaku.
Malam telah gelap, senja telah berpulang keperaduan. Ibu, bapak, nenek, kakek sampai kanak-kanak, bahkan balita yang sementara menikmati ASI di pangkuan ibunya berkerumun di depan televisi menyaksikan live berita salah satu media mainstream.
Dihadiri politisi, agamawan, polisi dan sebagainya dan seterusnya, pandangan dari ringan sampai yang mengerutkan dahi penonton telah mengemuka. Debat a lot pun tak terhindarkan antara perwakilan oposisi dan pendukung pemerintah.
“Pertahanan kita jebol, karena pemerintah kurang serius membenahinya,” ungkap perwakilan oposan.
“Untuk apa KOPR+65 (Komando Operasi Teroris) dibuat bila kerjanya tidak mampu mengendus teroris sampai ke akar-akarnya? Negara hadir dengan aparatur keamanan, bertujuan untuk melindungi rakyat, lantas untuk apa kita terus berhela-hela? Sudah tidak terhitung jumlahnya korban nyawa akibat bom bunuh diri,” tutup politisi kelas kakap fraksi Partai Garuda itu.
Tuk…tuk…tuk…! Spontan, seloroh tepuk tangan peserta menyambutnya, kendati belum ada satu pun penjelasan identitas pelaku.
“Bagaimana dengan hasil investigasi kepolisian? Apakah benar bahwa pelaku adalah agen ISIS, seperti dugaan bapak di TKP?” tanya presenter TV kepada perwakilan polisi, sebut saja namanya Pak Yanto.
Halaman selanjutnya >>>
- Tumbal Itu Bernama Perpisahan - 10 Mei 2022
- Pendidikan; Indah sebagai Fiksi, Pahit Jadi Kenyataan - 8 Juli 2021
- Watak Fasis di Balik Tembok Kampus - 3 Juli 2021