
Nalar Politik – Pegiat media sosial, Ferdinand Hutahaean, memberi klarifikasi terkait kicauannya yang jadi trending topic di Twitter. Ia mengaku tidak berniat menyasar golongan tertentu dengan twit kontroversial, melainkan sebentuk dialog imajiner saja.
“Cuitan saya tersebut tidak sedang menyasar kelompok tertentu, kaum tertentu, orang tertentu, atau agama tertentu. Yang saya lakukan itu adalah dialog imajiner antara pikiran dan hati saya,” kata Ferdinand melalui sebuah video, Selasa (5/1).
“Ketika saya down, tidak perlu saya harus bercerita di Twitter, di media sosial, bahwa saya sedang down, tetapi saya melakukan dialog imajiner dengan hati saya, antara pikiran dan hati saya,” tambahnya.
Terkait kicauannya yang berbunyi “Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela”, Ferdinand menjelaskan, itu hanyalah buah pikirannya yang ia akui tidak sejalan dengan kata hatinya yang bernada “Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, Dialah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela”.
“Pikiran saya menyatakan, ‘Hei, Ferdinand, kau akan habis. Tidak ada yang bisa menjagamu. Allahmu lemah.’ Tetapi kemudian hati saya berkata, ‘Hei, kau, tidak. Allah itu kuat. Jadi jangan samakan Allahku dengan Allahmu. Aku kuat. Ada yang akan menjagaku selalu.’ Kira-kira seperti itu dialog imajiner antara pikiran dan hati saya.”
Ia pun menyesalkan kehadiran pihak-pihak yang turut memelintir, baik yang merasa tertuduh, terserang, maupun mereka yang selama ini gemar menggunakan kata “tabayun”.
“Tapi kemudian orang merasa ada yang dituduh, merasa ada yang diserang, dan bahkan orang-orang tertentu yang selama ini selalu menggunakan kata tabayun, tabayun, ternyata tidak tabayun tetapi malah ikut-ikutan memelintir. Tidak apa-apa.”
Namun nasi sudah jadi bubur. Ferdinand menerima jika twit tersebut pada akhirnya tersalahpahami.
Baca juga:
- Ferdinand Hutahaean Sebut Ahok Caper, Ima Mahdiah: Mungkin Iri
- Skandal Stan Greenberg, Rencana Jahat Penghancur Reputasi Jokowi
“Saya minta maaf kepada siapa pun yang merasa cuitan saya mengganggu atau membuat siapa pun yang tidak nyaman. Tapi intinya bahwa itu adalah dialog imajiner antara pikiran dan hati saya, bukan menyerang siapa pun,” kata Ferdinand.
“Tidak mungkin saya bicara dengan orang lain ‘Allahmu, Allahku’, karena kita punya Tuhan yang satu. Jadi tidak mungkin saya bicara seperti itu kepada siapa pun kecuali kepada diri saya sendiri,” tambahnya.
- Figur Presiden Lebih Kuat daripada Partai Politik - 8 September 2023
- Rakyat Indonesia Menolak MPR Jadi Lembaga Tertinggi Negara - 27 Agustus 2023
- Tren Dukungan Bakal Calon Presiden 2024 - 25 Agustus 2023