
Nalar Politik – Ulil Abshar-Abdalla menilai wawancara Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026 KH Yahya Cholil Staquf di Kompas sebagai tanda-tanda Gus Dur akan lahir kembali.
Via Twitter, pemilik akun @ulil ini berkicau, “Sudah mulai tampak tanda-tanda Gus Dur akan lahir kembali lagi melalui sosok Gus Yahya. Wawancara ini membawa angin segar.”
Wawancara yang Ulil maksud tersebut bertajuk “Gus Yahya: Calon Presiden dan Wapres Tak Berasal dari PBNU”. Di situ terkupas sejumlah gagasan yang Gus Yahya tawarkan kepada nahdliyin, umat NU, terutama penguatan organisasi dan kontribusi pada peradaban dunia.
“Gus Yahya mencita-citakan adanya komando yang jelas dan selaras dari pusat hingga daerah,” tulis redaksi Kompas dalam edisi Minggu, 26 Desember 2021.
Usai penutupan Muktamar ke-34 NU di Lampung, Gus Yahya disebut antusias menceritakan visi “Menghidupkan Gus Dur” dan komitmen menjaga PBNU agar tidak terjebak politik praktis. Bahwa kader NU diperbolehkan mengikuti kontestasi politik asalkan tidak duduk di jajaran PBNU.
“Hal yang penting, calon presiden-calon wakil presiden, siapa pun, tidak berasal dari PBNU. (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto itu konon NU karena keturunan Ki Ageng Gribig. (Menteri BUMN) Erick Thohir malah sudah masuk Banser, berarti NU juga. (Gubernur Jawa Tengah) Ganjar Pranowo itu paling tidak mertuanya NU, Rais Syuriah NU pada zamannya. Silakan orang-orang ini, kader, jadi presiden dan wapres. Hal yang penting, sekali lagi, tidak dari pengurus PBNU,” kata Gus Yahya dilansir Kompas.
Berikut petikan wawancara Kompas dengan Gus Yahya yang Ulil nilai membawa angin segar, sebagai tanda-tanda Gus Dur akan lahir kembali.
***
Apa langkah pertama yang Anda lakukan setelah terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026?
Kami akan susun kepengurusan lengkap. Mudah-mudahan minggu depan bisa kami mulai. Saya diberi waktu satu bulan untuk menyusun kepengurusan, tetapi harapannya bisa lebih cepat.
Apa visi Anda selama lima tahun memimpin NU?
Visi saya adalah “Menghidupkan Gus Dur”. Saya ingin NU sebagai organisasi sungguh-sungguh bisa berfungsi dan dirasakan kehadirannya, sebagaimana dulu kami semua menikmati fungsi dan merasakan kehadiran Gus Dur. Karena Gus Dur masih relevan sekarang, dan masih akan sangat relevan terus sampai masa depan dengan visi besar beliau.
Baca juga:
- Gus Yahya Tolak Capres-Cawapres 2024 dari PBNU
- Islam sebagai Rahmah, Tawaran Gus Yahya untuk Perdamaian Dunia
Tidak mungkin menemukan pengganti personal dari keberadaan Gus Dur. Akan tetapi, apa yang dibawakan Gus Dur, visinya, idealismenya, dan kinerjanya, saya bisa yakinkan bahwa itu semua harus dan bisa diproyeksikan menjadi satu konstruksi organisasi.
Seperti apa praktik dalam merealisasikan visi “Menghidupkan Gus Dur”?
Pertama, dengan mempraktikkan gagasan-gagasan Gus Dur, karena ada sejumlah gagasan beliau tentang NU yang belum sempat terealisasi.
Dulu, Gus Dur pernah punya gagasan membuat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sampai tingkat kecamatan, kerja sama dengan Bank Summa. Dahulu sudah sempat diinisiasi, tetapi karena satu lain hal, akhirnya kandas.
Saya kira hambatan-hambatan yang dulu menghalangi sekarang tidak ada lagi. Kami bisa membuat pola yang sama secara lebih luas. Tidak hanya untuk satu proyek, tetap bermacam program.
Kami juga harus membangun energi Gus Dur yang dulu dilakukan sendirian. Misalnya menjalankan strategi transformasi, mentalitas dalam komunitas NU terkait dalam wawasan keagamaan dan toleransi, juga tentang kemanusiaan. Sekarang, kami bisa mengupayakan hal yang sama sebagai organisasi.
Bagaimana menghidupkan komando dari pusat hingga cabang?
Mereka diberi program. Saya berpikir tentang pemicu. Kami butuh rekonsolidasi organisasi yang menyambungkan kembali hubungan hierarkis struktural antarelemen organisasi dari pusat sampai ke daerah. Kami bisa membuat strategi untuk memicu proses itu dengan cara membangun kerja sama. Pertama, PBNU membangun kerja sama dengan pihak lain untuk suatu agenda nasional, kemudian dijabarkan menjadi proram yang dieksekusi di tingkat cabang.
Karena programnya dieksekusi di tingkat cabang, PBNU berkepentingan untuk memantau, mengevaluasi, mengadvokasi secara kontinu. Proses ini akan memicu komunikasi yang kontinu antara PBNU, PWNU, dan PCNU.
Bagaimana pandangan Anda tentang moderasi beragama?
Moderasi beragama adalah sesuatu yang sudah menjadi brand NU. Buat NU, urusan moderasi beragama, toleransi, itu adalah daily business. Kami ingin membawa persoalan ini ke tingkat selanjutnya. Kami menyasar masalah-masalah yang menjadi sumber konflik dalam pergaulan kemanusiaan, bukan hanya di tingkat domestik, melainkan juga di percaturan internasional.
Karena itu, pertama-tama kami harus kenali dulu seluk-beluk masalahnya, kemudian melakukan upaya-upaya yang komprehensif untuk itu. Bahkan, jika diperlukan, kami akan melakukan upaya-upaya diplomatik dan politik. [ko]
Baca juga:
- Menghidupkan Gus Dur, Yahya: Kita Masih Butuh Kegusduran
- Masa Depan NU: Tetap Jadi Buih atau Kembali sebagai Penggerak Perubahan?
- Perilaku Jokowi ke PDI Perjuangan Dinilai Kurang Pantas - 24 November 2023
- Publik Percaya Jokowi Sedang Membangun Politik Dinasti - 23 November 2023
- Keputusan MK Tidak Adil, Hanya Memenuhi Keinginan Gibran Menjadi Cawapres - 13 November 2023