Usia

Pluralitas Usia

Bagi Anda yang tidak terbiasa dengan perspektif ini, sub ini agak mengejutkan. Disebut pluralitas usia karena kita, manusia, terdiri dari berbagai jenis usia (misalnya, biologis, historis, psikologis, institusional, dan lain-lain). Usia institusional dan historis kita mencerminkan fakta bahwa masing-masing kita dilahirkan ke dunia yang diciptakan dengan masa lalu, memori, dan masa depannya sendiri, yang membekas pada diri kita.

Bahkan dalam usia biologis kita, ada kompleksitas ini: bagian tubuh yang berbeda mungkin berbeda usia. Kaki, Hans Hayon misalnya, cenderung tetap lebih konstan selama bertahun-tahun daripada bagian tubuh lainnya (misalnya, wajah).

Setiap Fenomena Punya Usia

Pikirkan fenomena melihat ke langit. Ketika kita melihat langit biru pada usia 7 tahun, itu adalah pengalaman eksistensial penuh keriangan anak-anak; ketika kita berusia 20-an tahun, kita lalu coba membuat abstraksi; dan pada usia 60, mungkin saja kita melihat langit sebagai pengalaman, sebuah kubah yang kita tahu tidak akan kita huni lebih lama lagi.

Langit itu sendiri (mungkin) awet muda, tetapi keabadiannya tampak berbeda seiring bertambahnya usia kita yang memandangnya.

Di lain kesempatan, kita mungkin coba menebak hubungan tak masuk akal antara usia dan produktivitas. Phil Mickelson memenangkan Kejuaraan PGA pada usia 50 tahun. Tom Brady memenangkan Super Bowl pada usia 43 tahun. Serena Williams adalah bintang tenis papan atas pada usia 39 tahun.

Joe Biden memasuki kursi kepresidenan pada usia 78 tahun. Dua tahun lalu Bob Dylan merilis album yang luar biasa pada usia 79 tahun berjudul “Rouh and Rowdy Ways”, dan seterusnya.

Lalu kita berandai-andai, jika saat ini belum sukses, mungkin saja itu akan tercapai pada usia tertentu di masa depan, entah kapan, sebelum kita mati.

Tidak berhenti di situ, tidak jarang kita coba membedakan antara usia kronologis—berapa usia Anda menurut kalender—dan usia biologis—berapa usia tubuh Anda berdasarkan pengukuran fungsi organ.

Dalam sebuah penelitian bertajuk “Disparities in the Pace of Biological Aging Among Midlife Adults of the Same Chronological Age Have Implications for Future Frailty Risk and Policy” yang dipublikasikan dalam Nature Aging (Maret 2021: 295-308), dipublikasikan hasil penelitian terhadap lebih dari 1.000 warga Selandia Baru. Partisipan dengan penuaan paling lambat hanya berusia 0,40 tahun biologis untuk setiap tahun kronologis, sedangkan yang tercepat berusia 2,44 tahun biologis per tahun kalender.

Argumennya mencengangkan: mayoritas responden yang mengalami perubahan tersebut dipengaruhi oleh genetika, lingkungan, dan gaya hidup. Artinya, gaya hidup memiliki implikasi signifikan terhadap panjang dan pendeknya usia Anda.

Takut Tua: Evolusi Ketakutan

Entah bagaimana caranya, jenis ketakutan ini sangat tidak masuk akal dan menjangkiti bukan hanya orang yang secara biologis sudah tua tetapi juga generasi muda yang sayangnya benar-benar masih muda.

Padahal kita tahu, dalam beberapa budaya, orang tua sangat dihormati, sejalan dengan pepatah terkenal yang mengatakan bahwa ‘melalui usia, datang kebijaksanaan’.

Namun, muncul pandangan lain yang dominan saat ini, terutama yang diproduksi oleh sistem ekonomi neoliberal yang awalnya dipromosikan oleh AS dan Inggris, bahwa usia tua adalah masa kemunduran dan devaluasi.

Sejak saat itulah menjadi tua dianggap sebagai momok yang lebih menakutkan daripada mati.

Karena kurang berpikir dan terlalu sering berdiri di depan cermin, kita menjadi begitu gugup di hadapan usia. Simone de Beauvoir turut mengomentari kecenderungan tersebut dalam bukunya The Coming of Age. Dia mencatat bahwa banyak orang tidak nyaman berada di sekitar orang tua.

Mereka melihat orang tua sebagai gangguan sosial,—beban pada populasi pekerja produktif, yang ‘lain’ atau yang ‘asing’. Bahkan tak jarang mereka coba untuk meminggirkan dan mengaburkan orang tua dari pandangan publik melalui gerakan amal tipu tapu.

Halaman selanjutnya >>>
Hans Hayon
Latest posts by Hans Hayon (see all)