
Dear Valentina
: Gadis Batas
Tulisan ini tepat di meja belajarku saat ingatan menjelma menjadi rindu yang membanjiri
Seisi tubuh dan jatuh pada kelopak-kelopak mawar yang sedang mekar sebelah mataku yang
setia dengan memoria valentine
Kutuliskan bertanggal Februari mengenang nostalgia kado valentine yang lugu pada tatapan
pertama yang manja:
Dear valentina
Kau melati yang selalu kucumbui setelah doa pagi yang susut dalam ingatan
Waktu gerimis minggu pertama
Malam yang dingin di ubun-ubun kepala memeluk hangat rinduku
Desah membanjiri ingatanku yang merimbun di isi doaku
Ah memoria
Aku tersesat dalam cantik bulan matamu
Sebab isi kepalaku kehabisan kata buat
Valentina yang lugu kado manisku pada lesung dua pipimu
Kakanda Mengadu
Tuanku yang elok parasnya di kaca jendela kamarku
Mereka bilang rindu pada jarak yang terlampau jauh
Adalah sepah kopi malam kemarin yang menyimpan belati
Apalagi kalau menggantung rindu pada mata melati yang lebih suka mendua memandang
Kelain tatapan
Salahkah bila kakanda masih menimbun rindu
Sambil mengukur jarak yang terlampau jauh
Toh mengingat dalam kepala sama dengan menimbun kenang-kenangan dan jarak adalah
pratanda yang yang tidak mendustai rindu
Tuanku yang masih saja setia di kaca jendela kamarku
Kalau memang berat kakanda harus merindu pada jarak yang adalah belati dalam kepala
Atau hati serupa lama menanti hujan di musim kemarau yang panjang
Tolong tuan, ajarkan kakanda apa doa yang paling manis untuk mengingat kenangan
*Baca juga sajak-sajak lain Itho Halley di sini
- Digitalisasi Sekolah dan Tendensi Cacat Relasi Sosial - 12 September 2021
- Kant, Gagasan Moral dan Pendidikan Karakter - 16 Februari 2021
- Meretas Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Praksis Kebebasan Beragama di Indonesia - 6 Februari 2021