
Pembelahan sosial seolah pilihan kontrol publik dan gerakan masyarakat demi menjaga keseimbangan.
Virus dalam ilmu biologis hanya dapat disembuhkan bila antivirus yang dibuat dari virus itu sendiri, virus yang sudah dilemahkan, istilah akademisnya direformulasi. Antivirus tanpa berasal dari virus pasti kurang mujarab.
Siapa menemukan atau “menciptakan” virus lazimnya sudah menyiapkan atau lebih cepat membuat antivirus (vaksin). Seperti ilmu kampung, sengatan lebah tawon justru bisa disembuhkan dengan cairan atau madu lebah tawon itu sendiri.
Mengamati situasi politik, strategi pecah belah partai politik menggunakan instrumen internal lebih efektif menjatuhkan kekuasaan atau seseorang dari jabatannya. Metode ini terjadi sejak zaman Hindia Belanda, orde lama, orde baru hingga orde (pasca) reformasi belakangan ini.
Terbelahnya Partai Golkar, PPP, Partai Berkarya, dan Partai Demokrat. Saat ini pembelahan organisasi kepemudaan KNPI terjadi, yang sama-sama mengusung agenda Kongres Bersama dan di sisi lain Kongres Pemersatu. Pola yang sama mulai menjalar ke daerah.
Terlepas dari pelaku yang berbeda-beda dalam semua peristiwa tersebut tapi polanya hampir sama, diawali konflik internal dan diakhiri Kementerian Hukum & HAM RI atau pengadilan yang berkepanjangan.
Pasca pembelahan KNPI, Menteri Pemuda Olah Raga RI menyiapkan dana 20 meliar untuk Kongres Bersama. Muncul wacana Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution menjadi kandidat Ketua Umum KNPI.
Masyarakat dan elite politik memahami, KNPI sejatinya wadah candradimuka aktivis pergerakan mahasiswa/pemuda yang diinisiasi Kelompok Cipayung. Adakah hal serius hingga harus membelah KNPI yang sejatinya mitra pemerintah?
Pembelahan sosial seolah pilihan kontrol publik dan gerakan masyarakat demi menjaga keseimbangan pendulum sosial. Kini, keseimbangan opini publik pun sering kali bergejolak, disebabkan influencer atau buzzer pendukung para pihak.
Bila virus pembelahan sosial menjadi pilihan strategi politik belakangan ini, apakah sutradaranya tunggal atau karena pembelahan sosial lebih efektif dibanding dialog sosial? Padahal dialog sambil makan-minum lebih menuntaskan masalah dan pembelahan sosial lebih sulit dipulihkan.
Baca juga:
- Moeldoko Effect, Kekuasaan Memabukkan atau Memuakkan?
- Reposisi Gerakan Pemuda: Menyambut Renaisans dan Keistimewaan Yogyakarta
- Mentalitas Paramiliter Komisi I DPR RI - 6 November 2021
- Kritik Mural, Ketakutan bagi Polisi atau Presiden? - 16 Agustus 2021
- PPKM Sampai Akhir Tahun - 4 Agustus 2021