
Weta Marta, aku mencintaimu….
Dari kerelaan butiran embun yang mengusir kabut pagi menyelimuti dedaunan. Tak jeri menanti serpihan mentari, tak peduli esok kembali atau terhenti dalam sunyi. Aku ingin seperti embun untukmu.
Weta Marta, aku mengingatmu…
Dari ketulusan embun yang mengajak gumpalan awan, mengusir kemarau dan menjatuhkan rintik-rintik hujan. Tak tampak dalam batas jarak pandang, pun tak peduli arakan sanjungan. Hanya rasa, satu-satunya cara mengetahui ia ada. Aku pun ingin seperti angin untukmu.
Weta Marta, aku menyayangimu…
Dari keindahan binar matamu yang tak lelah membujuk angan, melukis keindahan di aroma sepi menjadi kebahagiaan. Tak pasrah menapaki liku-liku perjalanan, pun tak kalah merawat duri-duri kehidupan. Kuingin dirimu bersamaku.
Mungkin nanti…
Ketika detak waktu kembali mengajakmu mereguk madu rindu, pada satu titik persinggahan hati. Kuhayati dengan penyesalan, karena debu takkan pernah menjadi batu.
Enu Adalah Judul dari Puisiku
Masih terngiang pertemuan perdana kala itu
Belum mengenal serta belum bersua
Dua insan berbeda kota bertemu di saat yang tidak tepat
Terbingkai senyum cerah raut wajahmu.
Membuat aku bertanya siapakah gadis itu?
Sungguh rupawan rupanya
Akan kujadikan ia judul dari puisiku
Puisi yang memberi banyak makna tentang rasa.
Mimpi Buruk
Pekik mengusik sunyi
Pilu dan gundah menyayat menusuk sukma
Kini waktu terasa hambar
Dan hari seperti mati
Aku tak percaya
Namun semuanya nyata
Ragaku tak berdaya
Mata jadi saksi
Fakta telah bicara
Apalah daya
Jiwa seperti terpaksa
Aku menangis
Karena tak percaya melihat semua itu
Aku marah tapi malah percuma
Hingga waktu berbalik
Aku sadar kalau hidup hanya sementara
- Ketika Para Seniman Masuk dalam Panggung Politik - 28 Juni 2023
- Tentang si Enu dari Kutub Utara - 2 Februari 2023
- Kata Hati - 22 Januari 2023