Dalam pernyataan Yesus, umat meyakini bahwa dengan beriman padaNya, manusia akan mampu melawan segala kemustahilan. Percayalah!
Melalui nabi Muhammad, anugerah paling sempurna yakni akal sebagai milik melekat manusia yang tak dimiliki dan diberikan pada ciptaan yang lain harus digunakan semaksimal mungkin, maka BELAJARLAH meski jauh jarak harus ditempuh.
Bila itu ada dalam kitab, bila itu kita yakini benar, bukankah itu sama dengan sebuah perintah yang jelas?
Baik burung dan ikan disebut dalam kisah penciptaan. Pun matahari, bulan, bintang, dan bumi ada di sana. Kenapa penyebutan itu tak kita tafsirkan sebagai logis perintahnya untuk manusia pelajari?
Bukankah akal sebagai fondasi telah diberikan? Bukankah kodrat tentang akal adalah selalu ingin tahu dan maka menjadi makin pintar adalah sekaligus sebagai keharusan sebagai tafsir atas perintahNya?
Maka, logiskah tanpa ciptaan dalam rupa burung yang punya sayap dan dapat terbang membuat manusia berhasrat ingin untuk itu? Masuk akalkah tanpa ikan di laut manusia punya kesempatan berkhayal dan kemudian dapat menciptakan kapal Selam, misalnya? Seperti inikah tafsir seharusnya mendapat tempat?
Kini manusia sudah dapat terbang jauh melebihi kemampuan burung ciptaanNya yang mana pun juga. Manusia juga sudah bisa menyelam dan mengembara di kedalaman laut selama berbulan-bulan di mana itu mustahil bahkan bagi ikan paus maupun ikan hiu.
Apakah itu melanggar kodrat?
Tafsir sempit memang pernah membuat Galileo menjadi korban. Dia dihukum dan dipenjara karena menjalankan perintah atas akal sebagai anugerah dan dia kembangkan. Bumi mengitari matahari tak sesuai tafsir sempit para ahli tafsir saat itu.
Apakah hari ini para ahli tafsir itu masih percaya bahwa matahari adalah objek yg mengelilingi bumi sesuai tafsir masa lalu mereka? Bahwa masih ada segelintir orang yang memercayai bumi datar hingga babi ngepet, itu cerita berbeda. Itu bukan mereka bodoh, (maaf) itu mabok agama.
“Tapi masih sia-sia juga, kan, semesta yang demikian luas bila hanya untuk manusia?”
Pengetahuan kita hari ini tentang kehidupan lain di luar bumi masih tetap sama. Kita belum tahu dan maka subjektif manusia atas perintah kitab agama masih tak berubah.
Di sisi lain, masih menurut Kitab Suci, bukankah di sana juga ada disebut usia Adam adalah 950 atau 1000 tahun?
Bila hari ini manusia telah sanggup terbang lebih tinggi dan lebih jauh dibanding pemilik kodrat mereka yang bersayap, bila manusia mampu menyelam lebih dalam, lebih lama dan lebih jauh dibanding kodrat mereka yang bersirip, kenapa kita ragu bahwa contoh usia Adam adalah juga merupakan perintahNya untuk manusia pelajari?
Bukan 100, 200 atau 500 tahun jarak waktu akan manusia butuhkan untuk membuktikan bahwa Alpha Centauri adalah salah satu dari pemberianNya, dunia di luar galaksi kita pun menunggu kita dan itu butuh usia sangat panjang demi menjangkaunya.
Adakah itu tafsir berlebihan kita tentang makna kenapa usia Adam juga disebut? Di sana, iman yang seharusnya mampu mengalahkan kemustahilan mendapat tantangannya. Di sana, makna perintah belajar sampai ke negeri Cina memiliki relevansi.
Halaman selanjutnya >>>
- Mungkinkah Agnes Dapat Dipidana? - 28 Februari 2023
- Transformer - 6 Februari 2023
- Jalan Panjang Demokrasi Kita - 2 Februari 2023