Wulanjarngirim

Cahaya yang merambat dengan sangat cepat dan kemudian sudah diketahui berapa kecepatannya adalah bukti lain di mana kecepatan yang ada dan hadir itu juga Tuhan telah berikan sebagai contoh dalam kehidupan manusia.

Tak masuk akalkah manusia mencapai batas kecepatan yang juga telah diberikan sebagai contoh itu? Bila itu semua kita tafsirkan sebagai bagian dari perintahnya, bukan mustahil bahwa jihad kita kelak adalah pada arah itu, bukan?

Bila benar jihad kita terpenuhi dan pada suatu saat nanti manusia mampu memiliki teknologi bagi kecepatan itu, untuk mencapai matahari hanya butuh 8 menit dan ke Alpha Centauri kita tak lagi harus ratusan tahun. Dengan kecepatan cahaya, hanya perlu waktu 4,3 tahun saja.

Dan ini adalah sebuah revolusi bagi cara manusia bersilaturahmi ke ruang antar-galaksi, ke tempat yang lebih jauh lagi yang juga bagian dari ciptaanNya yang kabarnya diberikan untuk manusia.

Bila kita beriman dengan cara seperti itu, itu sebuah keharusan sebagai bagian dari perintahNya.

Pada waktunya, bumi pasti akan terlalu sempit untuk menampung ras manusia. Di sisi lain, bumi juga memiliki usia pakai terbatas. Haruskah ras manusia punah bersamaan dengan bumi yang menua?

“Itu sih tafsir bebas dong? Suka-suka!”

Bila benar kita sepakat bahwa akal budi sebagai anugerah paling besar dan itu sebagai pembeda NYATA dibanding ciptaan yang lain, seharusnya itu tak lagi kita perdebatkan. Bukan lagi sebagai hal mustahil, tapi KEHARUSAN logis.

Baca juga:

Sesuatu yang akan dengan sendirinya terjadi apalagi bila manusia memaknainya sebagai perintah dari Tuhannya. Itu justru “booster iman” sebagai cara kita makin cepat melompat.

Bila si ateis saja yang tanpa memiliki booster semacam itu mampu, seharusnya mereka yang beragama lebih memiliki alasan kuat bagi proses tersebut.

Itu seperti berlomba untuk memberi bukti bahwa kita layak menerima kepercayaan besar dari Dia yang sangat kita muliakan. Bukan justru menarik mundur dengan mencari mitos sebagai tafsir kuno yang kita angkat kembali.

“Itu pasti lagi nyindir Indonesia, kan?”

Ratusan tahun yang lalu, seorang pelaut terkenal dari Portugis bernama Alfonso de Albuquerque menulis surat pada raja Manuel I dari Portugal. Itu terjadi pada April 1512.

Dalam suratnya, Alfonso memberitahu pada rajanya bahwa selama di Malaka ia mendapat sebuah peta besar dari seorang pelaut lokal. Peta yang dibawa oleh seorang nakhoda dari Jawa itu berisi informasi lengkap jalur menuju Tanjung Harapan, Portugal, tanah Brazil, Laut Merah dan Laut Persia.

Di sana juga ada tautan jelas tentang letak kepulauan Cengkeh, jalur navigasi orang Cina hingga rujukan bagi rute langsung yang bisa ditempuh oleh kapal dari dataran gigir (hinterland). Pada peta itu pun ada keterangan bagaimana satu kerajaan berbatasan dengan kerajaan yang lain.

Peta itu sudah jauh lebih maju dibanding yang mereka punya. Dan dengan peta itu ada, bukankah itu sekaligus bukti bahwa pelaut Nusantara telah menjangkau sudut terjauh di mana mereka tidak pernah tahu?

Halaman selanjutnya >>>
Warganet
Latest posts by Warganet (see all)