Yakin, Pak Jokowi dan Bu Mega Sedang Mbahas Ganjar dan Puan?

Yakin, Pak Jokowi dan Bu Mega Sedang Mbahas Ganjar dan Puan?
©Twitter/Leonita_Lestari

Nalar Warga – Persepsi bahwa di kepala pak Jokowi ada Ganjar dan di kepala bu Mega ada Puan telah menciptakan jalan imajiner. Ke mana arah jalan itu akan menuju, di mana posisi nanjak, berbelok dan putar balik, semua berangkat dari persepsi tersebut. Itu sudah benar dan maka tak butuh dalil kebenaran yang lain.

Mereka yang telah yakin bahwa semua itu benar seperti persepsinya tak lagi mau menyisakan potensi lain selain itu. Maka, selalu saja debat berputar-putar pada sisi itu dan terus lagi dan lagi. Mbulet saja di situ.

Bagaimana bila ternyata, baik Puan maupun Ganjar, tak pernah ada dalam isi dua kepala orang superpenting itu?

Berdua, mereka yang sedang diributkan dalam posisi agak renggang itu tak bermasalah pada hal yang sama dengan persepsi kita. Mereka tak sedang bicara Ganjar atau Puan.

Bagi yang persepsinya sudah kadung, potensi seperti ini pasti ditolak. Gak logis, gak masuk akal, dan gak ada urgensinya di saat seperti ini.

Pada video yang viral, gestur keduanya sepertinya tak sedang menjagokan siapa lebih baik dari siapa. Tak sedang membela yang satu dan menyudutkan pihak yang lain. Gestur pak Jokowi justru terlihat sedang mempertahankan sesuatu dan itu sangat prinsipil.

Apakah ada hal prinsipil pada saat ini terkait Ganjar yang harus dibela mati-matian atau sebaliknya pada Puan?

Mm.., sepertinya gak ada. Pemilu masih jauh. Penyebutan nama capres jauh-jauh hari bukan gaya PDIP.

Baca juga:

Kenapa? PDIP tak punya sejarah mendahului partai lain terkait penyebutan nama calon Presiden. Justru, biasanya, partai ini selalu yang terakhir.

Maka, ngeributin permasalahan itu pada saat pemilu masih 2 tahun lebih jelas alasan yang tak masuk akal. Artinya, bisa jadi diskusi itu justru tak terkait sosok. Ini terkait adanya hal yang lebih urgen.

Apa yang urgen saat ini?

Karena video itu cuma sepotong dan tanpa suara, tak ada informasi pasti apa yang sedang dibicarakan. Kita hanya mampu menebak gestur keduanya. Karena yang tersedia hanya gestur, akan ada 1001 pendapat dari 1001 analisis. Tak ada kepastian.

“Menurut analisismu?”

Saya justru merasa heran bila ini adalah pertemuan 4 mata dari 2 orang superpenting di tempat orang nomor 1 paling berkuasa di Indonesia, kok ada yang boleh ngerekam kejadian itu? Dan rekaman itu jelas berasal dari ponsel. Artinya, itu bukan pertemuan 4 mata dong?

“Bukankah bisa saja diizinkan hadirnya orang dalam istana demi kepentingan dokumentasi misalnya?” Bila ya, apakah bu Mega tak boleh punya pendapat yang menyatakan keberatan atas perekaman ini?

Sudah gitu, bila ada orang ketiga dan pasti keduanya tahu siapa sosok itu, bukankah sudah pasti orang ketiga ini adalah sosok pemilik rekaman itu? Terus kalau boleh disebar, itu bukan karena persetujuan keduanya?

Halaman selanjutnya >>>
Warganet
Latest posts by Warganet (see all)