
Sayang…
Pahlawan itu tak lagi tegar
Tak lagi berkarya
Tak lagi menyapa sang buku-buku
Tak lagi menyentuh sang pena
Tak lagi berkutat dengan akal pikirnya
Semangat juangnya luntur
Sayang…
Rindu aku akan pahlawan masa silam
Penyulut api perjuangan
Tak pantang merengek akan keadaaan
Pahlawan yang pantas ku sebut wakil Tuhan
Teguh akal pikirnya
Konsisten pada tindakan
Dia tak pernah fasik, sayang
Sayang…
aku menyebutnya wakil Tuhan
Aku merindu
Dirinya kini hanya dapat kutemui dalam buku-buku
Sayang…
dia tak lagi sudi bertemu
kini dia mampu membeli kehidupan
Dia bukan lagi pelajar
Zaman itu sudah lawas
lima tahun silam dia disumpah sembari memakai toga
Bukan lagi zamannya duduk di lesehan dan bangku kayu
Bukan lagi zamannya berdiskusi di warung kopi apalagi kost pinggir kali
Kaos oblong sudah jadul
Ah, buku-buku sudah khatam dibaca
Sayang…
Kemeja dan jas jauh lebih memikat katanya
Makan di restoran sembari berbincang tentang negara dan kaum miskin yang tertindas
Asyik memang
Ditemani kawan-kawan berbaju rapi dan berdasi
Mereka orang terpandang, sayang
Kerjanya di kantor pemerintahan
Rumahnya mewah
Ah, kau Jayus Trumbukarang
Kawan lamaku
Kini hidupmu tak lagi susah, sudah mapan
D0aku untukmu, kawan, semoga kau tak salah jalan
Sayang…
TV usang pemberianmu dipenuhi berita tak karuan
Dari pencurian uang rakyat oleh pejabat sampai kekerasan terhadap selangkangan wanita
Sayang…
Hari ini kawan lamaku yang mapan itu makin terkenal
Wajahnya dikenal banyak orang
Namanya tertulis di TV dan koran harian
Begini tulisannya “Jayus T. Tersangka Pencurian dan Pelaku Kekerasan Terhadap Selangkangan”
Sayang…
Doaku gagal
Dia khilaf dan keasyikan
_____________
*Klik di sini untuk membaca sajak-sajak lainnya.
- Pandemi dan Ruang Cerita - 6 Juni 2020
- Walaupun Kau - 23 Juli 2018
- Yang Tak Lagi - 19 Juli 2018