Rian Ernest Hanya Ingin Bermanfaat untuk Orang Banyak

Rian Ernest Hanya Ingin Bermanfaat untuk Orang Banyak
Rian Ernest saat mengajar di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur

Geliat panggilan jiwa sosialnya membuat Rian keluar dari zona nyaman. Ia hanya ingin bermanfaat untuk orang banyak.

Bernama lengkap Rian Ernest Tanudjaja, ia lahir di Berlin Barat, Jerman, pada 24 Oktober 1987. Ayahnya, Jorg Cichosz, adalah seorang Jerman. Sedangkan ibunya, Levi Mulyati Tanudjaja, berasal dari Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau yang pada sekitar tahun 80-an pindah ke Jerman Barat untuk mengejar studi sebagai arsitek di Technische Fachhochschule Berlin.

Namun, ia tak banyak merasakan kehidupan di Jerman. Sebab, di usia tiga tahun, Rian sudah kembali ke negeri ini dan menghabiskan masa kecilnya di Bekasi.

Keluarga besar Rian sangat Indonesia. Berkumpul berbagai etnik dari hasil pernikahan antardaerah. Ada Tionghoa, Minahasa, Batak, Bali, Jawa. Ini menjadikannya terbiasa hidup dalam keragaman dan perbedaan.

Menginjak masa remaja, ia sekolah di SMAN 82 Jakarta. Sejak SMA, sebetulnya tampang Rian ini sudah menjadi modalnya untuk tampil. Jadilah ia seorang model majalah dan catwalk. Dari kerja itu, Rian dapat mengumpulkan uang untuk keperluan sehari-hari.

Rian kemudian berhasil masuk ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 2005—empat tahun kemudian ia telah menjadi sarjana hukum. Begitu lulus, Rian diterima bekerja di firma hukum Melli Darsa & Co. Di sana, Rian mengerjakan hukum bidang pasar modal, perbankan, asuransi, mineral, dan migas.

Ternyata pekerjaan itu belum sesuai dengan jiwanya. Kemudian, ia menjadi guru dalam program Indonesia Mengajar. Ia menikmati kegiatan sosialnya ini walau harus setahun penuh mengajar di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur—Pulau Rote merupakan salah satu pulau perbatasan bagian selatan Indonesia.

Sepulangnya dari Pulau Rote, Rian kembali ke dunia hukum. Ia bekerja firma hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners, anggota dari Baker & MacKenzie International.

Kehidupan mapan dengan gaji cukup besar lagi-lagi tidak membuat Rian kerasan. Ia keluar dari firma hukum yang menggajinya dengan dolar.

Geliat panggilan jiwa sosialnya membuat Rian memutuskan keluar. Ia meninggalkan gaji dolar dan klien besar. Ia bergabung menjadi staf hukum Ahok—saat itu Gubernur DKI. Rian hanya ingin bermanfaat untuk orang banyak.