
Nalar Politik – Merebaknya kabar Bahar Smith yang menjuluki Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman sebagai “Jenderal Baliho” membuat geram banyak pihak. Salah satunya datang dari pemerhati politik Abdillah Toha.
Melalui keterangan tertulisnya, Abdillah Toha menilai Bahar Smith gemar membuat gaduh sehingga kepolisian diharapkan untuk tidak menangkap dan memasukkannya ke bui lagi, melainkan dipasung di rumah sakit jiwa.
“Manusia tukang bikin gaduh seperti Bahar Smith ini sebaiknya tidak ditangkap dan dimasukkan bui lagi. Nanti keluar bikin onar lagi. Lebih baik dimasukkan rumah sakit jiwa, dipasung sampai sembuh,” kata Abdillah Toha, Minggu (1912).
Sebelumnya beredar berita yang menampilkan unggahan sebuah video berisi pelabelan “Jenderal Baliho” oleh Bahar Smith kepada Jenderal Dudung.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB) Rudi S Kamri, unggahan tersebut sudah keterlaluan.
“Ini bagi saya sudah keterlaluan. Dia (Bahar Smith) dengan rasa tidak ada hormat dengan pejabat atau orang yang lebih tua menyebut jenderal baliho. Kemudian dia mengatakan, ‘kalau tidak ada orang Arab datang ke Indonesia dan menyebarkan agama Islam, mungkin Dudung masih menyembah pohon’,” jelas Rudi.
Ia menilai Bahar Smith telah melebih-lebihkan ucapan Jenderal Dudung di depan para jemaahnya. Hal ini, baginya, menggiring opini publik seolah-olah Jenderal Dudung benci terhadap etnis Arab.
“Tidak ada kebencian dari Jenderal dudung kepada orang Arab, tapi dengan Bahar Smith diolah, diputar seolah-olah Jenderal dudung benci orang Arab.”
Ia menganggap pernyataan seperti itu sebagai penyimpangan, penyesatan.
“Kita sudah lihat video ceramahnya bagaimana otak bani kadruniah ini sedang dicuci oleh Bahar Smith.”
Baca juga:
Rudi pun berharap agar mantan Pangkostrad TNI AD itu mengambil langkah tegas untuk memberi efek jera pada Bahar Smith.
“Saya menunggu ketegasan KASAD untuk menyikat habis toksik-toksik atau racun-racun bagi masyarakat Indonesia seperti Bahar Smith. Karena ini, kalau dibiarkan terus-menerus, bakal ngelunjak.”
Ia juga khawatir pembiaran akan menimbulkan persepsi publik bahwa negara tidak adil.
“Nah, ini yang berbahaya. Persepsi publik ini jangan sampai terjadi lagi.”
- Figur Presiden Lebih Kuat daripada Partai Politik - 8 September 2023
- Rakyat Indonesia Menolak MPR Jadi Lembaga Tertinggi Negara - 27 Agustus 2023
- Tren Dukungan Bakal Calon Presiden 2024 - 25 Agustus 2023